Tragedi Obat Anestesi, Tanggung Jawab Siapa?

Tragedi Obat Anestesi, Tanggung Jawab Siapa?
Dirut PT Kimia Farma Tbk Rusdi Rosman mengatakan, industri farmasi Indonesia sudah menganut Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme (PIC/S). Itu adalah skema yang disepakati konsorsium internasional dalam penerapan tata kelola dan produksi farmasi yang baik.

Indonesia termasuk di dalamnya karena sudah terdaftar sebagai anggota negara yang menerapkan produksi standar Eropa yang dikenal dengan sebutan Country Good Manufacturing Practice (CGMP).

Rusdi Rosman: Sulit Dikatakan Ada Sabotase Jalur Distribusi

Rusdi Rosman: Sulit Dikatakan Ada Sabotase Jalur Distribusi
Kasus seperti Buvanest Spinal itu seharusnya bisa dicegah seandainya pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melakukan pemeriksaan rutin ke lini produksi. Sejauh BPOM lebih fokus pada pengawasan produk yang sudah beredar saja.

”Memang tidak ada ketentuannya sih yang menyatakan BPOM harus rutin mengecek ke lini produksi. Tapi, BPOM semestinya bisa meng-create itu, misalnya dibuat berapa kali dalam berapa lama. Menurut saya, dua tahun sekali mungkin cukup,” ujarnya.

Banyak Pihak Bicara Soal Buvanest Spinal, Apa Kata Mereka?

Sementara itu, pihak PT Kalbe Farma masih enggan berkomentar terkait perkembangan penelaahan atas kemungkinan kesalahan pengemasan dua produk obat biusnya sehingga berakibat fatal dengan meninggalnya dua pasien di Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang, lalu (12/2).

Corporate Secretary Kalbe Vidjongtius mengatakan, pihaknya terus fokus pada penarikan dua produknya yang diduga bermasalah, yaitu Buvanest Spinal 0,5 persen Heavy 4 ml batch nomor 629668 dan Asam Traneksamat Generik 500 mg/ampul 5 ml batch nomor 630025. Penarikan dilakukan sejak 12 Februari 2015.

Indonesia: Masih Ada Kusta Diantara Kita

Indonesia: Masih Ada Kusta Diantara Kita
Menteri Kesehatan RI, Nila F Moeloek prihatin dengan penderita kusta di Indonesia yang menjadi tunawisma, karena masih banyak stigma dan diskriminasi dari masyarakat.

Dalam hal ini Menkes Nila tidak ingin masalah sosial-ekonomi ini menjadi berkepanjangan. Ia ingin memberdayakan para penderita kusta agar semakin menjadi manusia produktif.

Kasus Buvanest Spinal, Kalbe Bisa Didenda 20 Milyar?

Kasus Buvanest Spinal, Kalbe Bisa Didenda 20 Milyar?
Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi mengatakan manajemen PT Kalbe Farma bisa dikenai sanksi pidana penjara paling lama 5 tahun. Namun, kata Tulus, hal itu bergantung pada hasil akhir penyelidikan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Kementerian Kesehatan. "Dan, saya harap, penyelidikannya bisa berlanjut hingga penyidikan agar tak ada korban lagi," ujar Tulus.

Ia merasa Rumah Sakit Siloam Tangerang dan pasien dirugikan dalam hal ini. Menurut Tulus, Siloam dan pasien berhak menggugat Kalbe. "Minta bantuan kami pun juga bisa untuk menghadirkan saksi ahli. Namun sejauh ini belum ada permintaan."

Investigasi Produsen Obat Anestesi Tidak Berhenti di Kalbe Farma

Investigasi Produsen Obat Anestesi Tidak Berhenti di Kalbe Farma
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengatakan telah mengirimkan surat instruksi agar PT Kalbe Farma Tbk. menghentikan produksi dua obat anestesi atau obat bius bermasalah yaitu Buvanest dan Asam Tranexamat.

Instruksi berlaku hingga ada hasil investigasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan. "Surat itu berlaku bagi Kalbe Farma hingga ada hasil investigasi," kata dia di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Senin, 23 Februari 2015.

Hasil Investigasi Buvanest Spinal Harus Dibuka ke Publik

Hasil Investigasi Buvanest Harus Dibuka ke Publik
Hasil investigasi kasus penggunaan obat anestesi yang tidak sesuai dengan label di Rumah Sakit Siloam Lippo Village, Tangerang, tidak boleh ditutup-tutupi dan harus dibuka kepada publik. Apabila PT Kalbe Farma sebagai produsen obat terbukti bersalah, pemerintah harus memberi sanksi tegas.

Demikian disampaikan anggota Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi, Selasa (17/2), di Jakarta. Ia diminta menanggapi kasus penggunaan obat anestesi yang isinya tertukar sehingga mengakibatkan dua orang meninggal.

Menteri Kesehatan Indonesia Yang Paling Fenomenal

Menteri Kesehatan Indonesia Yang Paling Fenomenal
Sepanjang satu dekade 2004 - 2014 Kementerian Kesehatan RI telah memunculkan Menteri-menteri perempuan yang dianggap paling fenomenal. Ada menteri yang dikenal karena prestasi, ada pula yang dikenal karena korupsi.

Dalam jajaran Kementerian Kesehatan, beberapa menteri justru dikenal karena kontroversi. Berikut tiga menteri kesehatan yang pernah menjadi fenomena, seperti dirangkum oleh CNN Indonesia pada 2014 lalu;

Virus-Virus Paling Berbahaya Yang Mengancam Manusia

Virus Paling Berbahaya Yang Mengancam Manusia
Beberapa tahun terakhir, dunia dihebohkan dengan serangan berbagai virus yang berbahaya. Masih segar dalam ingatan kita wabah SARS, H5N1 yang menyerang dibeberapa negara dan menyebabkan banyak kematian. Bahkan untuk menekan serangan HIV/AIDS, masyarakat dunia membuat 1 Desember menjadi Hari HIV/AIDS sedunia. Sementara Ebola, baru-baru ini juga menyita perhatian dunia.

Namun, ancaman virus berbahaya tidak akan berhenti pada beberapa jenis virus tersebut diatas. Terdapat 9 virus berbahaya lainnya yang menjadi ancaman bagi manusia. 


Silakan klik gambar berikut untuk masing-masing ulasannya;

Ebola Virus

Sejak mewabah kembali di Afrika mulai Maret 2014 lalu, virus Ebola terus menjadi berita. Telah memakan paling tidak 1800 korban jiwa, virus ini tak hanya menjangkiti penduduk lokal, namun juga orang asing — termasuk dua warga negara Amerika.

Salah satu kasus yang cukup mendapat perhatian adalah kematian Dr. Sheik Umar Khan, dokter ahli yang memimpin perawatan khusus pasien Ebola di Liberia. Tanggal 29 Juli 2014, Dr. Khan menutup mata di usia 39 tahun, satu minggu setelah didiagnosis terjangkit virus ganas itu.

Virus Marburg

Virus MarbungNama Marburg diambil dari nama sebuah kota kecil dan indah di dekat Sungai Lahn, Jerman. Tapi, pilihan nama tersebut sama sekali tidak menggambarkan betapa ganasnya virus ini. Marburg, ternyata adalah virus yang paling berbahaya di dunia.

Marburg Virus Disease (MVD) pertama kali terindentifikasi di Marburg setelah seorang petugas laboratorium diserang kera asal Uganda. Virus Marburg dan virus Ebola memiliki famili yang sama, yaitu Filoviridae. Gejalanya adalah kejang-kejang dan pendarahan pada selaput lendir, kulit, serta organ tubuh manusia. Angka kematian kasus ini sangat bervariasi, mulai dari 25% di tahun 1967 hingga lebih dari 80% di Kongo tahun 1998-
2000 dan di Angola tahun 2005.

Hanta Virus

HantavirusNama ini diambil dari nama sungai dimana tentara Amerika pertama kali diduga terinfeksi selama Perang Korea tahun 1950. Gejalanya meliputi penyakit paru-paru, demam, dan gagal ginjal. Sementara, proses infeksi terjadi melalui kontak langsung dengan kotoran, air liur, atau air seni tikus yang terinfeksi hantavirus.

Tidak ada pengobatan atau vaksin khusus untuk melawan virus ini. Jika Hantavirus bisa didiagnosa dengan lebih cepat, maka perawatan intensif akan sangat berguna bagi pasien. Biasanya, pasien yang terjangkit virus ini akan diintubasi (penempatan tabung plastik di trakhea untuk membantu pernafasan) dan diberikan terapi oksigen. Hal ini dilakukan lantaran pasien dengan Hantavirus biasanya akan menderita stres karena kesulitan bernafas.

Nah, jika gejala-gejala awal penyakit ini diabaikan dan tidak segera mendapat penanganan, sesak napas yang diderita pasien bisa sangat parah sehingga nyawa tidak bisa diselamatkan lagi.


---------------------------------------

Virus-Virus Paling Berbahaya Yang Mengancam Manusia
1)  Virus Marburg
2)  Virus Hanta
3)  Virus H5N1
4)  Virus Lassa
5)  Virus Junin
6)  Virus Crimea
7)  Virus Machupo
8)  Virus Kyasanur Forest Virus (KVF)
9)  Virus Dengue
10) Virus Ebola

---------------------------------------

Artikel ini diterjemahkan dengan perubahan dari laman Deutsche Welle. Artikel asilinya bisa dilihat disini atau disini.

H5N1 Virus

H5N1 Virus - Bird FluVirus flu burung atau H5N1 adalah penyakit pernafasan yang menyerang unggas. Meskipun mudah menular pada unggas, penyakit ini sulit menular antara manusia ke manusia. Seseorang bisa tertular ketika dia melakukan kontak langsung dengan unggas.

Hal inilah yang menjawab pertanyaan mengapa kasus flu burung banyak terjadi di Asia: banyak orang Asia yang terbiasa memelihara dan berinteraksi langsung dengan burung, ayam, atau unggas lainnya.

Lassa Virus

Lassa VirusOrang pertama yang terinfeksi virus Lassa adalah seorang perawat di Nigeria. Virus ini ditularkan oleh tikus dan sifatnya endemik – virus terjadi di satu wilayah tertentu dan dapat terulang kembali di tempat yang sama, dan dalam kasus ini, Afrika Barat.

Para ilmuwan berpendapat bahwa 15% hewan pengerat di Afrika Barat membawa virus ini.


Ribavirin adalah obat yang paling baik bagi penderita demam Lassa. Jika Ribavirin diberikan pada 6 hari pertama, pasien punya kemungkinan hidup 10 kali lipat lebih besar. Selain itu, digunakan pula terapi oksigen dan opium untuk mendukung pengobatan dengan Ribavirin.

Virus Lassa sampai saat ini juga belum bisa ditanggulangi dengan vaksin. Pencegahan masih dilakukan dengan pemberantasan  tikus Multimammate dari jenis Mastomys yang menyebarkan virus ini.

---------------------------------------

Virus-Virus Paling Berbahaya Yang Mengancam Manusia
1)  Virus Marburg
2)  Virus Hanta
3)  Virus H5N1
4)  Virus Lassa
5)  Virus Junin
6)  Virus Crimea
7)  Virus Machupo
8)  Virus Kyasanur Forest Virus (KVF)
9)  Virus Dengue
10) Virus Ebola

---------------------------------------

Artikel ini diterjemahkan dengan perubahan dari laman Deutsche Welle. Artikel asilinya bisa dilihat disini atau disini.


Virus Junin

Virus JuninVirus Junin, yang menyebabkan penyakit Argentine Hemorrhagic Fever (AHF), ditemukan pada tahun 1958. Pada kasus ini, penderita akan menderita peradangan di seluruh tubuh dan pendarahan di kulit.

Pada tahap awal infeksi, akan sangat sulit mengidentifikasi bahwa seseorang terserang virus Junin. Angka kematian penderita yang disebabkan virus ini mencapai 30%.

Virus Crimea

Virus CrimeaVirus Crimea terindentifikasi pertama kali pada 1944 di Crimea, wilayah Ukraina yang baru-baru ini memilih bergabung dengan Rusia. Namun, pada tahun 1969 virus ini kembali ditemukan di Kongo sehingga diperoleh nama Crimean-Congo Hemorrhagic Fever (CCHF).

Virus yang satu ini ditularkan oleh kutu dan peradangannya mirip dengan Marburg dan Ebola. Pada hari-hari pertama infeksi, penderita akan memiliki tanda berdarah di bagian wajah, mulut dan faring. Baik bagi hewan maupun manusia, belum ada vaksin untuk virus ini. Pasien penderita virus Crimea akan diberikan penanganan intensif yang meliputi transfusi darah, pemberian antibiotik, hingga suntikan pada pembuluh darah atau intravena.


Virus Machupo

Virus Machupo Termasuk dalam Arenaviridae family, virus ini menyebabkan Bolivian Hemorrhagic Fever (BHF) atau Tipus Hitam. Pertama kali diidentifikasi pada 1959 oleh National Institutes of Health yang dipimpin Karl Johnson. Infeksi virus ini menyebabkan demam tinggi dan pendarahan berat.

Hampir mirip dengan virus Junin, virus Machupo juga dibawa hewan pengerat dan bisa ditularkan dari manusia ke manusia.

Kyasanur Forest Virus (KVF)

Kyasanur Forest Virus
Virus ini menyebar di hutan di pantai barat daya India tahun 1955. Virus ini ditularkan oleh kutu dan ilmuwan mengatakan sulit untuk mengidentifikasi perantara virus lainnya.

Diasumsikan bahwa tikus, burung, dan babi bisa menjadi ‘rumah’ bagi virus untuk berkembang biak. Orang yang menderita virus ini akan menderita demam tinggi, sakit kepala,dan nyeri otot yang mengakibatkan pendarahan.


Pasien yang terjangkit virus ini akan mendapat penanganan berupa terapi suportif, pemberian analgesik dan antipiretik. Sementara, cairan infus diberikan pada pasien yang mengalami hipotensi atau tekanan darah rendah.

Menurut data Public Health Agency of Canada, vaksin formalin KFDV yang dibuat dari embrio ayam telah dilisensi dan terbukti efektif digunakan di Katarnaka, India.


---------------------------------------

Virus-Virus Paling Berbahaya Yang Mengancam Manusia
1)  Virus Marburg
2)  Virus Hanta
3)  Virus H5N1
4)  Virus Lassa
5)  Virus Junin
6)  Virus Crimea
7)  Virus Machupo
8)  Virus Kyasanur Forest Virus (KVF)
9)  Virus Dengue
10) Virus Ebola

---------------------------------------

Artikel ini diterjemahkan dengan perubahan dari laman Deutsche Welle. Artikel asilinya bisa dilihat disini atau disini.

Virus Dengue (Demam Berdarah Dengue)

Virus Dengue (Demam Berdarah Dengue)Virus Dengue adalah yang menyebabkan penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Setiap tahunnya, ada lebih dari 400 juta orang di daerah tropis dan subtropis terinfeksi virus ini, termasuk Indonesia salah satunya.

Tidak ada cara pengobatan khusus untuk penyakit ini. Yang pasti, pasien harus segera mendapat penanganan medis yang intensif termasuk kontrol jumlah cairan tubuh yang  jadi sangat penting.
.
Belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi virus ini. Cara yang paling efektif untuk pencegahan adalah menghindari gigitan nyamuk.


Simak juga : Jalan Panjang Vaksin Dengue 


Fakta keberadaan virus-virus di atas jelas mengancam umat manusia. Namun, tidak perlu merasa takut atau panik secara berlebihan. Pasalnya, ilmu dan teknologi kedokteran akan terus berkembang dari masa ke masa. Bukan tidak mungkin, akan ditemukan vaksin-vaksin baru yang efektif menangkis bahaya virus-virus di atas.

---------------------------------------

Virus-Virus Paling Berbahaya Yang Mengancam Manusia
1)  Virus Marburg
2)  Virus Hanta
3)  Virus H5N1
4)  Virus Lassa
5)  Virus Junin
6)  Virus Crimea
7)  Virus Machupo
8)  Virus Kyasanur Forest Virus (KVF)
9)  Virus Dengue
10) Virus Ebola

---------------------------------------

Artikel ini diterjemahkan dengan perubahan dari laman Deutsche Welle. Artikel asilinya bisa dilihat disini atau disini.

Menteri Kesehatan Yang Sempat Tertunda

Menteri Kesehatan Yang Pernah Tertunda
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mata (Perdami) Pusat Nila F. Moeloek akhirnya diumumkan sebagai Menteri Kesehatan. Dunia kesehatan merupakan bidang yang digeluti Nila sejak belajar kedokteran di Universitas Indonesia tahun 1968.

Untuk mendalami ilmu dan pengetahuannya, Nila meneruskan studi kekhususan bidang oftalmologi (ilmu penyakit mata) dan lulus tahun 1974. Perempuan berdarah Minang kelahiran 11 April 1949 itu kini menjadi guru besar dan mengajar di FKUI.

Nafsiah Mboi (2012 - 2014)

Menteri Kesehatan Paling Fenomenal
Menurut data Kementerian Kesehatan, alumni jurusan spesialisasi anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah Menteri Kesehatan dengan umur tertua yang pernah menjabat, yaitu 71 tahun.

Nafsiah sendiri sudah berkali-kali menjadi kandidat Menteri Kesehatan, namun baru di saat usianya senja kesempatan itu datang. Tanggal 13 Juni 2012, Nafsiah diangkat menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Endang R Sedyaningsih (2009 - 2012)

Endang R Sedyaningsih (2009 - 2012)
Para Menteri Kesehatan yang Paling Fenomenal
Pada Oktober 2009, Endang Rahayu Sedyaningsih diangkat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan bergabung dengan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid Dua.

Penunjukan menteri kelahiran Jakarta, 1 Februari 1955, oleh Presiden SBY itu cukup mengejutkan karena diumumkan di saat-saat terakhir.

Endang menyisihkan Nila Djuwita Anfasa Moeloek yang sebelumnya sempat menjalani pemeriksaan kesehatan di RSPAD Jakarta bersama dengan para kandidat menteri yang lain. Di Kabinet Kerja Jokowi, Nila akhirnya dipilih menjadi Menteri Kesehatan.

Siti Fadilah Supari (2004 - 2009)

Siti Fadilah Supari (2004 - 2009)
Para Menteri Kesehatan Paling Fenomenal
Sebelum menjabat sebagai Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari (64), bekerja sebagai staf pengajar kardiologi di Universitas Indonesia. Selama 25 tahun berikutnya ia menjadi ahli jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Siti Fadilah kemudian dilantik menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada 20 Oktober 2004.

Buku karyanya, Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung konspirasi Amerika Serikat dan organisasi WHO dalam mengembangkan senjata biologis dengan menggunakan virus flu burung (2007), menuai protes dari petinggi WHO dan Amerika Serikat.

Tren Pasar Farmasi Indonesia Berkembang Paling Dinamis

Beberapa tahun lalu, para pebisnis farmasi dunia sering tidak memberi perhatian sedemikian besar bagi negeri sebesar Indonesia. Negara dengan populasi sebesar 250 juta orang yang menjadikan Indonesia negara terpadat keempat di dunia. Indonesia juga memainkan sejumlah peran besar dalam kegiatan ekonomi di kawasan ini, karena ekonomi adalah isu yang terbesar dalam negara-negara ASEAN.
 

.
Rekan Pembaca,
Alhamdulillah, kini kita dapat menikmati Saluran langsung suasana ibadah di dalam Masjidil Haram, Ka'bah di Mekah, 24 jam setiap hari. klik disini untuk visit.



Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai negara berpenghasilan menengah ke bawah, tapi negeri ini menawarkan potensi besar dalam hal peluang komersial, khususnya di bidang farmasi. Dari 2007-2013, industri farmasi Indonesia tumbuh mencapai 85 persen dan berlangsung hingga 2014.

Indonesia: Halal Certification a Bitter Pill for Pharma

Four months have passed since a law requiring all food and pharmaceutical products distributed in Indonesia to have halal certification was passed, but resistance to the new legislation remains strong.

The passage of the law went largely unnoticed in the dying days of the Susilo Bambang Yudhoyono presidency, as the nation was fixated on the cabinet line-up of the incoming president, Joko Widodo.

BPOM Klaim 90% Buvanest Spinal Telah Ditarik

BPOM: 90 Persen Buvanest Spinal Telah Ditarik
illustrasi
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebut 90 persen lebih obat anestesi Buvanest Spinal 0.5 persen heavy produksi PT Kalbe Farma telah ditarik dari seluruh wilayah Indonesia.

"90 persen sudah masuk. Tapi jumlah pastinya belum diketahui, seharusnya Kalbe Farma sudah bisa laporkan angkanya dalam waktu dekat," kata Kepala BPOM Roy Sparringa dalam konferensi pers di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu.

Kemasan Mirip Yang Berakibat Fatal

Kemasan Mirip Yang Berakibat Fatal
Sebagaimana dikutip di berbagai media, produk Buvanest Spinal 0,5 Heavy ditarik secara sukarela oleh Kalbe sebagai tindakan preventif. Selain dilakukan penarikan terhadap Buvanest secara nasional, Kalbe juga menarik Kalnex, merek dagang untuk asam tranexamat generik.

Belum jelas apakah tudingan Siloam bahwa Buvanest berisi Kalnex memang benar atau tidak, hal tersebut masih dalam proses pembuktian. Saat ini pihak Kalbe Farma masih menunggu hasil pengecekan produk bersama koordinasi dengan Kemenkes dan BPOM. BPOM sendiri menduga isi obat memang tertukar.

Kalbe: Buvanest dan Asam Tranexamat Sudah Ditarik Sepenuhnya

Buvanest dan Asam Tranexamat Sudah Ditarik Sepenuhnya
Setelah 8 hari penarikan obat, PT Kalbe Farma Tbk menjamin telah menarik seluruh obat penghilang rasa (anestesi) Buvanest Spinal 0,5 persen Heavy 4 mililiter dan injeksi Asam Tranexamat Generik 500 mg/Amp 5 ml dari para dokter spesialis dan rumah sakit di seluruh Indonesia. Namun, perusahaan tersebut mengakui belum semua obat sampai di Kantor Pusat Kalbe Farma di Jakarta hingga saat ini.

"Masalahnya tinggal produk yang di daerah tertentu. Butuh waktu untuk penarikan (dari daerah) ke pusat. Katakanlah penarikan dari Ambon, Maluku, atau Sulawesi Utara. Obatnya masih dalam perjalanan, tapi sudah ditarik dari semua dokter spesialis dan rumah sakit," ujar Head of Corporate Communications PT Kalbe Farma, Herda JT Pradsmadji, kepada CNN Indonesia, Kamis (19/2).

Analis: Dampak Penarikan Obat Pada Saham Kalbe Farma

Analis: Dampak Penarikan Obat Pada Saham Kalbe Farma
Pengaruh penarikan obat untuk anestesi milik PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) tidak akan terasa pada kinerja keuangannya. Pasalnya penjualan KLBF tidak hanya di dukung oleh penjualan obat resep. Selain itu juga kemitraan dengan dokter dan RS telah terjalin puluhan tahun.

Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) tanggal 16 Februari 2015, Kalbe telah mengakui melakukan penarikan sukarela secara nasional atas dua produknya yakni Buvanest Spinal 0,5 persen dan Asam Tranexamat Generik 500mg mulai tanggal 12 Februari 2015 sebagai langkah penjagaan mutu dan tanggung jawab preventif.

Kasus Buvanest Bisa Mengancam Saham Kalbe Farma

Kasus Buvanest Bisa Mengancam Saham Kalbe Farma
Analis Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah mengatakan kasus penarikan obat anestesi Buvanest Spinal dan Asam Tranexamat Generik, keluaran PT. Kalbe Farma Tbk (KLBF) mempengaruhi minat investor pada saham emiten perusahaan farmasi tersebut.

Investor khawatir hal itu bakal berdampak negatif bagi kinerja keuangan perusahaan farmasi tersebut. Mereka memilih melepas kepemilikan saham tersebut sementara waktu. “Dalam kondisi tersebut, panic selling memang wajar terjadi,” katanya kepada wartawan.

Menghitung Kerugian Kalbe Farma Pasca Penarikan Bunavest Spinal

Menghitung Kerugian Kalbe Farma Pasca Penarikan Bunavest Spinal
PT Kalbe Farma Tbk. tengah menghitung dampak dari penarikan dua obat anestasi terhadap kinerja perseroan. Kalbe Farma menarik seluruh batch Buvanel Spinal 0,5 persen Heavy 4 ml dan Asam tranexamat Generik 500 mg/Amp 5 ml batch no.629668 dan 630025 yang beredar sejak 12 Februari 2015.

Sekretaris Perusahaan dan Direktur Keuangan Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan perseroan masih menghitung dampak penarikan obat tersebut terhadap kinerja perseroan. “Saat ini prosesnya penarikannya masih terus berjalan,” kata Vidjongtius melalui pesan singkat, Selasa. 17 Februari 2015. Kabar yang beredar menyebutkan dua orang yang menjadi pasien di Rumah Sakit Siloam meninggal dunia pasca injeksi obat anestasi tersebut.

Tentang Buvanest Spinal 0,5 persen Heavy

Buvanest Spinal 0,5 persen Heavy
Berdasarkan informasi di laman resmi pusat perhimpunan dokter spesialis saraf Indonesia (Perdossi) yang dikutip Selasa, 17 Februari 2015 disebutkan Buvanest merupakan larutan isotonik, isobarik, steril yang mengandung bupivacaine HCl untuk anestesia lokal dan diberikan secara parenteral dengan injeksi.

Komposisi obat ini terdiri dari tiap ampul Buvanest 0,5 persen mengandung Bupivacaine HCl 5 mg/ml.

Yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat ini:

Yang Perlu Diketahui dari Anestesi

Yang Perlu Diketahui dari Anestesi
Farmakodinamik
Anestetik lokal menghambat pembentukan dan penjalaran impuls saraf dengan meningkatkan ambang eksitasi elektrik dalam saraf, memperlambat penyebaran impuls saraf, dan mengurangi kecepatan bangkitan aksi potensial. Secara umum, terjadinya anestesia dikaitkan dengan diameter, mielinisasi, dan kecepatan konduksi serat saraf yang dipengaruhi.

BPOM Bekukan Produksi dan Izin Edar Obat Bius Kalbe Farma

BPOM Bekukan Produksi dan Izin Edar Obat Bius Kalbe Farma
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjelaskan perusahaan farmasi PT Kalbe Farma Tbk telah melakukan kekeliruan dalam proses pengisian kandungan obat anestesi ke dalam kemasan produknya.

Kandungan asam Tranexamic yang merupakan bahan baku obat injeksi penghenti perdarahan dengan merek Kalnex tertukar atau tercampur dengan bahan baku obat injeksi anestesi merek Buvanest Spinal.

Akibat dari tertukarnya isi kandungan obat tersebut, dua orang pasien di RS Siloam Karawaci meninggal dunia usai disuntik Buvanest Spinal 0,5 persen Heavy pada Kamis 12 Februari lalu.

Kalbe Farma Tarik Buvanest Spinal Dari Peredaran

Dua orang pasien RS Siloam Karawaci meninggal dunia setelah mendapat injeksi obat bius yang salah. Dua pasien itu diinjeksi untuk kepentingan tindakan operasi.

Injeksi diberikan di bagian punggung sebelum operasi dilakukan. Setelah operasi selesai, pasien tiba-tiba saja kejang dan gatal-gatal. Sempat dimasukkan ke ruangan ICU, pasien akhirnya mengembuskan napas terakhir.

Biofarma Raih Penghargaan Inovasi Pengembangan Obat

Biofarma Raih Penghargaan Inovasi Pengembangan Obat
PT Biofarma mendapatkan penghargaan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), atas peran aktifnya dalam melakukan inovasi untuk pengembangan obat dalam negeri. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani didampingi Menteri Kesehatan Nila Moeloek,  kepada Direktur Utama Biofarma, Iskandar.

Dexa Raih Penghargaan Inovasi Pengembangan Obat Dalam Negeri

Dexa Raih Penghargaan Inovasi Pengembangan Obat Dalam Negeri
PT. Dexa Medica meraih penghargaan atas peran aktif melakukan inovasi pengembangan obat dalam negeri dari Menteri Koordinator Bidang Pembangungan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani.

Penyerahan penghargaan dilakukan pada Rabu 11 Februari 2015 di Gedung Badan POM Jakarta, disaksikan oleh Menteri Kesehatan, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) dan Kepala Badan POM, Dr. Ir. Roy Alexander Sparringa, M.App.Sc.

Hari ini Bahan Baku Obat 95% Masih Tetap Diimpor

Bahan Baku Obat 95% Masih Tetap Diimpor
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan, hampir 95% kebutuhan bahan baku obat saa tini masih harus diimpor. Karena itu, industri bahan baku obat-obatan perlu didorong untuk bisa lebih berkembang di dalam negeri.

“Industri obat 95% kebutuhan bahan bakunya adalah impor. Makanya, kami saat diskusi dengan pelaku usaha mendorong untuk mengembangkan industri bahan bakunya,” kata Kepala BKPM Franky Sibarani di Jakarta kemarin. Bahan baku industri farmasi saat ini masih diimpor antara lain dari China, India, Eropa, serta Amerika Serikat (AS).

Indonesia: What about Economic Growth in 2015?

What about Economic Growth in 2015
Although Indonesia’s economic growth slowed further in 2014, there is optimism that growth will accelerate in 2015 despite sluggish global economic conditions (curbing Indonesia’s export performance) and Bank Indonesia’s relatively high interest rate environment.

Indonesia’s central bank has raised its BI rate several times over the past one and a half years in an effort to combat high inflation (caused by fuel price hikes), curb capital outflows ahead of US monetary tightening, limit the current account deficit and support the rupiah.

Awal 2015, Keyakinan Konsumen Menguat

Awal 2015, Keyakinan Konsumen Menguat
Bank Indonesia (BI) mencatat, keyakinan konsumen pada bulan Januari menguat, terindikasi dari nilai Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 120,2 atau meningkat dari 116,5 pada bulan sebelumnya.

Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs mengatakan, penguatan tersebut didorong oleh meningkatnya optimisme konsumen terhadap kondisi enam bulan mendatang.

Selain penurunan harga BBM bersubsidi di bulan ini, faktor lain yang mendorong menguatnya keyakinan konsumen adalah banyaknya proyek pembangunan infrastruktur yang akan dilakukan pemerintah serta perkiraan kondisi ekonomi yang semakin membaik.

Consumer Confidence in Indonesia Rises on Lower Fuel Prices

Consumer Confidence in Indonesia Rises on Lower Fuel Prices
The latest Consumer Confidence Survey released by Indonesia’s central bank indicated that Indonesian consumers were more optimistic in January 2015 (compared to the previous month) on the back of recent fuel price cuts.

The index, based on a total of 4,600 households across 18 major Indonesian cities, climbed to 120.2 points in January, up from 116.5 in the preceding month (a score above 100 signals consumer optimism). In December the index had declined due to higher administered fuel prices.

Healthcare Policy in Indonesia

Indonesia introduced a universal healthcare system in January 2014, administered by the National Social Security Agency (BPJS). The government plans to have complete, albeit very limited, coverage by 2019. The universal healthcare scheme aims to provide better standards, regulations, access and cost effectiveness.

Though more than 1,700 hospitals have signed up to participate in the scheme, the low reimbursement rates offered by the government will likely dissuade many private facilities from joining, resulting in overcrowding of public institutions.

While the introduction of universal healthcare may seem like a prime opportunity for foreign pharmaceutical companies, it is unlikely that they will have much of a role -- at least initially. The program will mostly provide coverage for generic drugs, not branded pharmaceuticals. Generics are widely accepted by Indonesians. There will also be significant government pricing and reimbursement pressure on both generic and patent-protect drugs, potentially further reducing potential opportunities.


Related Articles:
1) Indonesia Pharma Market 2014 Review
2) Healthcare Policy in Indonesia
3) Drug Registration in Indonesia
4) Pharmaceutical Company in Indonesia
5) Challenges for Drug Companies in Indonesia


Drug Registration In Indonesia

Drug Registration In Indonesia
There are four classes of drugs in Indonesia. Applications for registration go to the National Agency of Drug and Food Control (NADFC).

The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Common Technical Documents (CTD) must be used, and ASEAN standards should be followed. It can take up to 3 years for a pharmaceutical product to be registered.

Generic pharmaceutical pricing is regulated by the government. Pharmaceuticals included in the Essential Drugs List -- 92% of which are generic and 2.5% of which are innovator -- cannot be sold for more than a 50% margin. Other generics are also subject to pricing restrictions.


Related Articles:
1) Indonesia Pharma Market 2014 Review
2) Healthcare Policy in Indonesia
3) Drug Registration in Indonesia
4) Pharmaceutical Company in Indonesia
5) Challenges for Drug Companies in Indonesia


Challenges For Drug Companies In Indonesia

Challenges For Drug Companies In Indonesia
Growth in Indonesia is slowing primarily due to increased inflation, a poor exchange rate and lower foreign investment. The economic outlook is also somewhat unstable because of parliamentary and presidential elections scheduled for April and July 2014. 

In addition to the weak currency, rising electricity prices and an increase in the minimum wage have also hurt pharmaceutical companies, both domestic and foreign. Many drug companies saw a year-on-year decline in profits in 2013.

Inflation hits the pharmaceutical industry particularly hard because up to 96% of the materials used in drug production in Indonesia are imported. For instance, domestic pharmaceutical giant PT Kalbe Farma saw a 19% increase in the costs of goods sold in the first half of 2013. Another major Indonesian drug company, PT Kimia Farma, also saw sales increase at a slower rate than its costs of goods sold.

Pharmaceutical Companies In Indonesia

Pharmaceutical Companies In Indonesia
Domestic pharmaceutical firms have 70% of the Indonesian drug market. Almost 60 foreign pharmaceutical companies control the remaining 30% of the Indonesian drug market; the largest are Bayer, Pfizer, and GlaxoSmithKline (GSK).  Foreign companies focus mostly on the 25 million Indonesians with the most advanced healthcare coverage.

This pool could grow quickly starting this year, as universal healthcare is implemented.  Western diseases, such as hypertension and diabetes, are also increasingly common -- meaning increased opportunities for foreign drug companies that already produce medications to treat these diseases.

Economic Growth of Indonesia Hits Five-Year Low at 5.02% in 2014

Economic Growth of Indonesia 2014
The economy of Indonesia expanded 5.02 percent year-on-year (y/y) to IDR 8,354 trillion (USD $664 million) in 2014, the nation’s slowest annual growth pace since 2009, according to the latest data from Statistics Indonesia (BPS).

As such, GDP growth failed to achieve the central government’s 5.5 percentage point growth target that was set in the 2014 State Budget. Indonesia’s economic growth has been slowing since 2011 when it still posted a 6.5 percentage point growth rate (y/y). However, growth is expected to rebound from here.

There are a number or reasons - both external and domestic - that explain why Indonesia’s economic expansion slowed to 5.02 percent in 2014.

Industri Minta BPOM Bisa Percepat Proses Perizinan Obat

Industri Minta BPOM Bisa Percepat Proses Perizinan Obat
Ketua International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG), Luthfi Mardiansyah mengharapkan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) mempercepat proses perizinan obat agar dapat segera dimanfaatkan pasien.

"Kami harap ada upaya dari BPOM untuk dapat menyederhanakan perizinan obat-obatan sehingga dapat segera diperbanyak dan dikonsumsi pasien," ujar Luthfi di Jakarta, Selasa (20/1).

Fokus Garap Pasar Indonesia PT Merck Tbk Siapkan Investasi 30 Miliar

Pasar farmasi Indonesia menjadi fokus bagi PT Merck Tbk dan PT Merck Chemical and Life Sciences (MCLS) karena potensinya sangat besar. Selain itu, Indonesia menjadi basis produksi Merck untuk kawasan ASEAN.

Saat ini, pabrik Merck di Indonesia memasok produk farmasi ke Filipina dan Singapura. Merck dan MCLS dikendalikan oleh Grup Merck, perusahaan farmasi global yang berbasis di Jerman.

Presiden Direktur Merck dan MCLS Martin Feulner menilai, memandang positif pemerintahan Joko Widodo yang dinilai mampu menarik banyak investor. Menurut dia, seringkali investor terhambat regulasi yang rumit. Pemerintahan saat ini menunjukan sikap positif dengan memperbaikinya. Salah satu cara yang dilakukan adalah membuat birokrasi transparan.

Industri Farmasi Sulit Terapkan Aturan Jaminan Produk Halal

Industri Farmasi Sulit Terapkan Aturan Jaminan Produk Halal
Asosiasi Perusahaan Farmasi meminta  Pemerintah dan DPR merevisi Undang-Undang (UU) Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Selain memberatkan dunia usaha dan sulit diterapkan, UU tersebut berpotensi mengganggu iklim investasi di Tanah Air. Padahal, pemerintah sedang berupaya menggenjot investasi dari Rp 463 triliun pada 2014 menjadi Rp 933 triliun pada 2019.

Salah satu poin yang perlu direvisi adalah kewajiban sertifikasi halal pada produk farmasi. Selama ini, obat dan vaksin menggunakan bahan baku kimia dari berbagai negara. Kondisi ini akan menyulitkan lembaga penerbit sertifikat halal melakukan verifikasi.

Top Ad 728x90