Minat investasi produsen farmasi asing di Indonesia
cenderung tinggi di 2012, menurut GP Farmasi Indonesia. Kecenderungan itu ditunjukkan
dengan investasi tiga produsen farmasi asing yang nilai totalnya mencapai US$
44 juta.
"Investasi produsen farmasi asing tahun ini tak
lepas dari faktor Indonesia yang terbukti tangguh dalam menghadapi kondisi
ekonomi dunia, termasuk dalam kondisi resesi," kata Parulian Simanjuntak,
Direktur Eksekutif IPMG kepada wartawan.
Iklim usaha di Indonesia juga dinilai mendukung untuk pengembangan usaha
produsen farmasi asing.
"Pasar farmasi di Indonesia yang besar dan terus
berkembang tiap tahun juga menjadi faktor pendorong investasi," kata Parulian.
Tahun ini, pasar farmasi diperkirakan meningkat 14%-15% menjadi Rp 43,3 triliun
- Rp 43,7 triliun dibandingkan tahun lalu.
Tiga produsen farmasi asing yang berinvestasi pada tahun
2012 ini yakni PT Bayer Indonesia, PT Pfizer Indonesia, dan PT Merck Sharp &
Dohme Indonesia. Ketiga produsen asal Jerman dan Amerika itu berinvestasi
dengan menambah kapasitas produksi.
Bayer Indonesia menambah investasi pada tahun ini senilai
US$ 20 juta untuk membangun pabrik baru. Pembangunan pabrik itu dilakukan
untuk memperbesar kapasitas produksi obat bebas (over the counter/OTC).
"Pada dasarnya perusahaan farmasi termasuk Bayer
membangun pabrik agar bisa memproduksi secara efisien. Bayer melihat regulasi
di Indonesia mengharuskan memiliki pabrik, untuk dapat memasarkan produk,
karena itu mereka membangun pabrik," kata Parulian.
Pfizer Indonesia menambah kapasitas pabrik obat generik
pada tahun ini. Dengan penambahan itu, kapasitas produksi perusahaan akan
meningkat 50% menjadi 300 juta tablet per tahun, dari sebelumnya 200 juta
tablet per tahun.
Perluasan pabrik senilai US$ 3 juta itu seiring
target pertumbuhan penjualan Pfizer, yang mengikuti pertumbuhan farmasi nasional
per tahun. Produk obat generik yang dihasilkan pabrik perluasan akan diutamakan
untuk pasar domestik, seiring rencana pemberlakuan sistem jaminan sosial
nasional (SJSN) pada 2014.
"Perluasan pabrik juga untuk mamfasilitasi transfer
teknologi dalam hal produksi," ujar Widyaretna Buenastuti, Direktur Pfizer
Indonesia. Dalam hal ini perusahaan berkerjasama dengan perusahaan induknya,
yakni Pfizer Inc. Perluasan pabrik pada tahun ini dilakukan di lahan produksi
yang dimiliki perseroan di Jalan Raya Bogor, Jakarta Timur.
Widyaretna mengatakan salah satu alasan pemerintah mengharuskan
produsen farmasi asing membangun pabrik adalah untuk menghilangkan
ketergantungan pasokan produk farmasi impor. "Menurut kami, produk apapun
yang mampu diproduksi di Indonesia, tentu akan diupayakan untuk diproduksi di
Indonesia," ujar Widyaretna.
Merck Sharp & Dohme, melalui anak usahanya Schering-Plough Indonesia,
merealisasikan perluasan fasilitas pabrik pengemasannya di Pasuruan, Jawa
Timur, senilai US$ 21 juta. Perluasan itu untuk memasok kebutuhan
obat-obatan di Indonesia dan Asia.
"Fasilitas pengemasan baru ini akan membantu kami
mencapai misi memenuhi permintaan pelanggan terhadap produk-produk Merck sesuai
kebutuhan pasar regional," kata John Markels, Senior Vice President
Operations Merck Manufacturing Division.(erw)