,

Kimia Farma dan Indofarma Andalkan Pembiayaan Eksternal

Dua perusahaan farmasi milik negara, Indofarma dan Kimia Farma mengandalkan pembiayaan eksternal untuk mendanai ekspansi dan modal kerja. Kimia Farma akan menerbitkan obligasi senilai maksimum Rp 400 miliar untuk ekspansi pabrik, sementara Indofarma menerbitkan surat utang jangka menengah (medium term noted/MTN) senilai maksimum Rp 500 miliar untuk modal kerja.

Kimia Farma dan Indofarma Andalkan Pembiayaan Eksternal
Dua perusahaan farmasi milik negara, Indofarma dan Kimia Farma mengandalkan pembiayaan eksternal untuk mendanai ekspansi dan modal kerja. Kimia Farma akan menerbitkan obligasi senilai maksimum Rp 400 miliar untuk ekspansi pabrik, sementara Indofarma menerbitkan surat utang jangka menengah (medium term noted/MTN) senilai maksimum Rp 500 miliar untuk modal kerja.

Dirut Kimia Farma, Rusdi Rosman menuturkan pembangunan pabrik tahun ini diperkirakan menelan investasi sebesar Rp 400 miliar-Rp 500 miliar, dan merupakan bagian dari alokasi belanja modal tahun ini. "Dana belanja modal tahun ini senilai total Rp 660 miliar sebagian besar dari pinjaman atau sumber lainnya (obligasi)," ujar dia.


Rusdi menuturkan pabrik baru perseroan akan dibangun di Jakarta. "Kapasitas produksi ditargetkan bertambah 3 kali lipat dari yang ada saat ini sebesar 2,3 miliar tablet per tahun, jika pabrik baru beroperasi," tambah dia.

Penambahan kapasitas produksi dilakukan dalam rangka pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 2014. Pada saat itu, permintaan obat generik akan meningkat hingga 3 kali lipat. Selain untuk membangun pabrik, dana belanja modal tahun ini juga untuk pengembangan klinik dan apotek. "Perseroan berencana membuka 100 unit klinik dan 50 apotek baru di tahun ini," kata Rusdi.

Indofarma telah menerbitkan surat utang jangka menengah senilai Rp 120 miliar pada akhir 2012. Hasil penerbitan surat utang akan digunakan untuk modal kerja dan memperkuat kas perseroan pada tahun ini. Surat utang itu merupakan tahap awal dari penerbitan MTN maksimum Rp 500 miliar.

"Nilai penerbitan surat utang sebesar Rp 120 miliar sesuai dengan kebutuhan kami saat ini," kata Djakfarudin Junus, Dirut Indofarma. Surat utang Indofarma telah meraih peringkat idA- dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk penerbitan sebesar maksimal Rp 500 miliar pada 2012-2013. "Rating A- kan berarti bagus untuk kami," kata Djakfarudin.

Dalam rangka penerbitan surat utang ini, perseroan sudah mendapatkan persetujuan dari PT Bank Mandiri Tbk sebagai pemberi pinjaman bagi Indofarma. Indofarma juga telah menandatangani pinjaman kepada Bank Mandiri senilai Rp100 miliar untuk pembangunan pabrik di tahun ini.


Ekspansi produksi dilakukan di lahan milik Indofarma di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, dan menelan dana investasi sebesar Rp 100 miliar. Jika sudah beroperasi, pabrik obat generik baru Indofarma akan mendukung sarana produksi yang ada saat ini.

"Fasilitas produksi obat generik yang ada saat ini dinilai sudah cukup tua, karena mulai beroperasi sejak 1989," kata Kosasih, Direktur Produksi Indofarma. Selain untuk merevitalisasi fasilitas produksi, pembangunan pabrik baru juga untuk menyesuaikan dengan regulasi obat generik yang ada saat ini.

Dirjen Binfar dan Alkes Kemenkes, Maura Linda Sitanggang, mengatakan pemerintah akan mendorong industri untuk meningkatkan produksi obat generik sebesar 3 kali lipat. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan obat generik di 2014.

"Untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), kami akan mendorong industri untuk memproduksi 3 kali lipat obat generik. Di industri farmasi, ada 20 perusahaan yang menguasai 40% volume obat nasional," kata Maura.
(erw)

Top Ad 728x90