, ,

Belanja Alkes dan Obat Diperkirakan Tumbuh 10,4%

Belanja Alkes dan Obat di Indonesia diperkirakan tumbuh 10,43% rata-rata per tahun (compounded annual growth rate/CAGR) periode 2010-2014, menurut lembaga riset Frost & Sullivan. Pertumbuhan belanja alat kesehatan dan obat ditopang kenaikan jumlah penduduk serta pendapatan perkapita masyarakat Indonesia.

Belanja Alkes dan Obat Diperkirakan Tumbuh 10,4%Belanja Alkes dan Obat di Indonesia diperkirakan tumbuh 10,43% rata-rata per tahun (compounded annual growth rate/CAGR) periode 2010-2014, menurut lembaga riset Frost & Sullivan. Pertumbuhan belanja alat kesehatan dan obat ditopang kenaikan jumlah penduduk serta pendapatan perkapita masyarakat Indonesia.

Menurut data Frost & Sullivan, belanja alat kesehatan dan obat di Indonesia diproyeksikan naik menjadi US$ 2.452 per kapita di 2014 dari US$ 1.649 per kapita di 2010. Proyeksi kenaikan itu seiring dengan pertumbuhan pasar farmasi di Indonesia. 



"Belanja Alat kesehatan dan Obat di Indonesia diproyeksikan naik menjadi US$ 2.452 per kapita di 2014.

Pasar farmasi di Indonesia diproyeksikan tumbuh tertinggi keempat di kawasan Asia Pasifik periode 2011-2015, menurut lembaga Frost & Sullivan. Pertumbuhan pasar farmasi nasional diperkirakan mencapai 10,3% CAGR 2011-2015, dengan nilai pasar mencapai US$ 7,1 miliar di 2015.

Pertumbuhan pasar farmasi Indonesia melampaui pasar farmasi Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan Australia yang masing-masing tumbuh rata-rata per tahun sebesar 7%, 2%, 7%, dan 2%. Namun pertumbuhan pasar farmasi Indonesia masih di bawah pasar farmasi China yang tumbuh 21% CAGR 2011-2015, India 19%, dan Malaysia 11%.

Proyeksi pertumbuhan pasar farmasi nasional juga di atas rata-rata pertumbuhan pasar farmasi di Asia Tenggara yang tumbuh 9,6% per tahun. Pasar farmasi di Asia Tenggara mencapai US$ 16 miliar di 2011 dan diproyeksikan meningkat menjadi US$ 23 miliar di 2015.

Pasar farmasi Indonesia di 2011 mencapai US$ 4,8 miliar. Kenaikan pasar farmasi Indonesia seiring peningkatan pendapatan per kapita yang diperkirakan sebesar 9% ke atas dalam lima tahun ke depan. Indonesia juga menjadi negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara sebesar 245 juta jiwa.

Menurut Kementerian Kesehatan, pasar farmasi nasional di 2013 diperkirakan tumbuh 12%-14% menjadi Rp 48 triliun-Rp 49 triliun dibandingkan tahun lalu Rp 43 triliun. Proyeksi peningkatan pasar itu akan mendorong ekspansi produsen farmasi tahun ini.

Maura Linda Sitanggang, Dirjen Binfar dan Alkes Kementerian Kesehatan, menjelaskan pertumbuhan pasar farmasi di 2013 seiring kebutuhan obat-obatan dari masyarakat yang terus meningkat. "Pasar farmasi di dalam negeri setiap tahun tumbuh sekitar 12% hingga 14%," ujar dia.

Peningkatan pasar farmasi nasional akan lebih tinggi saat diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 2014. "Angka pertumbuhan bisa lebih tinggi ketika nanti SJSN diberlakukan," tambah Maura.

Dia menambahkan untuk menghadapi pelaksanaan SJSN pemerintah akan mendorong industri untuk meningkatkan produksi obat generik sebesar tiga kali lipat. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan obat di 2014, khususnya obat generik.

"Pemerintah akan mendorong industri untuk memproduksi 3 kali lipat obat generik untuk menghadapi SJSN. Di industri farmasi nasional, saat ini terdapat 20 perusahaan yang menguasai 40% volume obat nasional," katanya.(dbs)

Top Ad 728x90