Kapasitas Produksi Mahakam Beta Farma Tambah 3 Kali Lipat

Perusahaan obat bebas dan obat resep PT Mahakam Beta Farma menambah kapasitas produksi hingga tiga kali lipat pada 2012. Penambahan kapasitas dilakukan untuk menghadapi pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 2014.

Perusahaan obat bebas dan obat resep PT Mahakam Beta Farma menambah kapasitas produksi hingga tiga kali lipat pada 2012. Penambahan kapasitas dilakukan untuk menghadapi pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 2014.
 
Kapasitas Produksi Mahakam Beta Farma Tambah 3 Kali Lipat
Mahakam Beta Farma
Penambahan kapasitas ini dilakukan untuk berpartisipasi memenuhi kebutuhan obat generik di SJSN," kata Nanny Tjandra, CEO Mahakam Beta Farma. Ekspansi dilakukan di pabrik milik perusahaan berbasis di Jakarta, karena lahan produksi milik perseroan masih mencukupi untuk perluasan produksi.

Nanny enggan menyebut investasi untuk penambahan kapasitas itu. Ia hanya mengatakan ekspansi produksi itu dibiayai oleh pinjaman perbankan dan kas internal perusahaan.



Selain untuk memenuhi kebutuhan obat generik, penambahan kapasitas juga untuk mendukung target pertumbuhan penjualan perusahaan. "Dalam lima tahun terakhir, penjualan Mahakam Beta Farma tumbuh rata-rata 20%, atau di atas rata-rata pertumbuhan pasar farmasi nasional," kata Nanny.

Penjualan Mahakam Beta Farma berkontribusi rata-rata per tahun sebesar 70% terhadap penjualan induk usaha, yakni Mahakam Group. "Bisnis Mahakam Beta Farma saat ini meliputi obat resep dan obat bebas, khususnya obat terapeutis maupun antisepstis," ujar Nanny.

Dilain pihak, PT Indofarma meningkatkan kapasitas produksi obat generik hingga mencapai 6,9 miliar tablet per tahun pada akhir 2013, dibanding kapasitas produksi yang ada saat ini sebesar 2,3 miliar tablet per tahun.

Ekspansi produksi dilakukan di lahan milik Indofarma di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, dan menelan dana investasi sebesar Rp 100 miliar. Jika sudah beroperasi, pabrik baru obat generik Indofarma akan mendukung sarana produksi yang ada saat ini.


Kepada wartawan Direktur Produksi Indofarma, Kosasih mengatakan,"Fasilitas produksi obat generik yang ada saat ini dinilai sudah cukup tua, karena mulai beroperasi sejak 1989." Selain untuk merevitalisasi fasilitas produksi, pembangunan pabrik baru juga untuk menyesuaikan dengan regulasi obat generik yang ada saat ini.

Ekspansi produksi itu juga akan mendukung langkah efisiensi dalam produksi dan penjualan obat generik perseroan, untuk menjaga margin laba. "Perseroan melakukan efisiensi karena harga obat generik murni ditentukan oleh pemerintah," ujar Kosasih.

Di divisi distribusi, Indofarma akan menambah modal kerja anak usahanya yang mengelola bisnis distribusi, yakni PT Indofarma Global Medika (IGM). Perseroan juga akan mengembangkan potensi pasar baru untuk menjalin kontrak kerja sama dengan sejumlah rumah sakit

Pada 2014, Penjualan obat generik diproyeksi meningkat tiga kali lipat dibanding saat ini seiring dengan diberlakukannya SJSN, menurut Kementerian Kesehatan. Pemerintah akan menggunakan obat generik pada penyelenggaraan SJSN.

Maura Linda Sitanggang, Dirjen Binfar dan Alkes Kementerian Kesehatan, mengatakan pemerintah akan mendorong industri untuk meningkatkan produksi obat generik sebesar tiga kali lipat. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan yang signifikan untuk obat generik pada 2014.

Menurut Maura, untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Kemenkes akan mendorong industri untuk memproduksi 3 kali lipat obat generik. Di industri farmasi, ada 20 perusahaan yang menguasai 40% volume obat nasional. Dengan mendorong 20 perusahaan itu saja sudah besar, belum lagi sekitar 200 perusahaan farmasi lainnya.

BPJS dibentuk sebagai tanggung jawab pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat, terutama golongan yang tidak mampu. Dengan demikian, masyarakat golongan tidak mampu dapat membeli obat untuk memenuhi standar kesehatan.

Kementerian Kesehatan menilai obat generik merupakan obat yang biayanya paling efektif dan sudah terbukti di berbagai negara. Kementerian Kesehatan menargetkan porsi obat generik di Indonesia pada 2014 dapat mencapai 90% dari total pasar farmasi nasional.(dbs)

Top Ad 728x90