Javaplant : Carrying Indonesia Origin Botanicals

Awalnya Javaplant dibangun untuk memenuhi kebutuhan ekstrak herbal asli Indonesia di pasar domestik. Namun di pasar internasional perusahaan ini justru dikenal sebagai The Biggest Botanical Extraction Industry yang gencar mempopulerkan herbal asli Indonesia. 

Di usianya yang kesepuluh tahun ini Javaplant menawarkan nilai tambah yang kreatif guna memacu produktivitas industri farmasi dan food & beverages dalam negeri. Target utamanya adalah  industri farmasi, nutrasitikal, kosmetik serta makanan dan minuman. Apa tawaran menarik dari Javaplant saat ini?

Javaplant dibangun oleh Purwanto Rahardjo, Mulyo Rahardjo dan Junius Rahardjo. Visinya adalah sebagai provider herbal asli Indonesia berstandar internasional. Saat itu di Tawangmangu Solo Jawa Tengah, 'Trio Rahardjo' ini mendirikan pabrik dan laboratorium Javaplant di atas area seluas 3 hektar. Industri dengan fasilitas ekstrak nabati ini dibangun instalasinya oleh kontraktor asal Jerman meliputi; extraction plant evaporation plant, aroma recovery plant, dan vacum belt dryer.

Setahun kemudian Javaplant mulai beroperasi dan menghasil-kan ekstrak yang steril, higienis, serta berkualitas internasional. Saat itu kapasitas produksinya sebesar 7,5 ton per bulan.

Pada awal berdirinya Javaplant hanya untuk memenuhi kebutuh-an ekstrak herbal asli Indonesia di pasar domestik. Namun pada kenyataannya ekstrak botanikal asal Indonesia lebih banyak diminati oleh pelanggan luar negeri.

Justru disinilah poin awal yang memicu peluang besar bagi berkembangnya bisnis Javaplant. Disamping kapasitas ekspor meningkat signifikan, reputasi perusahaan ini juga mulai tumbuh dan memberi pengaruh.

Ulasan singkat itu mengawali pembicaraan redaksi dengan Chief Operating Officer Javaplant, Junius Rahardjo di kantornya.

Saat membangun Javaplant, ia berkomitmen mempopulerkan ekstrak herbal asli Indonesia dipasar dunia. Ia mengatakan,"Sejak awal kami telah meriset tanaman asli Indonesia yang berpontensi sebagai herbal medicine. Langkah pertama yang kami upayakan adalah membangun departemen R&D, bekerjasama dengan lembaga riset dan perguruan tinggi.

"Selain itu, kami lengkapi perusa-haan ini dengan aset strategis berupa Sertifikat GMP, terdaftar pada US FDA, C-TPAT Compliant, Sertifikat ISO, Sertifikat Halal serta Sertifikat Kosher," tambah Junius.
Pada tahun 2003, perusahaan ini mulai membidik pasar-pasar internasional, memperkenalkan ekstrak berbagai herbal asli Indonesia. Keberhasilan promosi ke luar negeri ini meningkatkan jumlah ekspor mencapai 80% dari total produksi, sementara 20% nya dikonsumsi oleh industri lokal. 

Selanjutnya tahun 2005, pertumbuhan bisnis Javaplant semakin meningkat. Kapasitas produksinya saat itu mencapai 15 ton per bulan. Javaplant mulai melakukan perluasan produk ekstrak untuk memasok kebutuhan industri food & beverages dan industri kosmetik. Namun saat itu masih diprioritaskan untuk pasar Amerika Utara dan Eropa.

Junius memberi contoh salah satu produk andalan Javaplant yakni 'Tongkat Ali' (pasak bumi) yang telah terdaftar dengan merek dagang Euryco®. Produk ini, menurut Junius, sangat diminati di beberapa pasar internasional seperti Emirates, AS Hongkong, Malaysia, Singapore dan beberapa negara di Eropa. Bahkan pasar AS memiliki kontribusi terbesar pada penjualan ekstrak 'Tongkat Ali' ini. 

Baca juga : Javaplant Hari Ini

Top Ad 728x90