Ikatan Apoteker Indonesia Memacu Saintifikasi Jamu


Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) mendorong pemerintah untuk melakukan saintifikasi jamu sehingga dapat digunakan pada pelayanan kesehatan formal.
"Saintifikasi jamu adalah pembuktian ilmiah jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan," kata Ketua Ikatan Apoteker Indonesia Mohamad Dani Pratomo di sela-sela acara kongres 'The Federation of Asian Pharmaceutical Associations' (FAPA), di Nusa Dua, Kamis (13/9/2012).

Program yang diinisiasi dan diwujudkan oleh Kemenkes itu memungkinkan jamu atau obat herbal tradisional yang sudah teregister serta memiliki izin edar dapat diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan konvensional, sehingga dapat digunakan di pelayanan kesehatan formal.


Dorongan itu sesuai dengan harapan para peserta kongres Federasi Asosiasi Apoteker Se-Asia Pasifik itu dalam mencapai konsensus tentang bagaimana praktik farmasi dan posisi budaya kesehatan tradisional tersebut memberikan kontribusi pada dunia kesehatan.

"Selain itu, dalam kongres ini dibahas tentang konteks budaya masyarakat Asia yang secara turun menurun menjaga kesehatannya dengan memanfaatkan produk kesehatan secara tradisional, seperti jamu kalau di Indonesia," ujarnya.

Produk budaya kesehatan itu sangat kental untuk negara-negara di Asia, seperti China, Korea, Jepang dan tentunya Indonesia. Bahkan jamu tidak hanya untuk kesehatan tetapi juga kecantikan dan makanan. 

 
"Yang menjadi tekanan di sini adalah obat tradisional atau jamu tidak untuk mengobati sakit, tetapi mencegah seseorang jatuh dari sakit. Dari 100% penduduk, 10% sakit. Pertanyaannya bagaimana menjaga yang sehat itu (80%). Ini sesuai dengan imbauan WHO," terang Dani.
 
Kongres yang digelar pada 13-16 September 2012 itu menjadi perhelatan yang strategis, mengingat pertumbuhan sektor industri kesehatan dan makanan cukup tinggi. Oleh karena itu, diharapkan dalam kongres itu tercipta diskusi strategis guna mewujudkan platform yang berkelanjutan sebagai panduan para pelaku industri.
 
Selain itu, dalam forum ini akan ada pertukaran informasi, ide, dan pengalaman maupun teknologi di antara para peserta. Mereka akan terlibat dalam konferensi dan terbagi dalam beberapa pleno serta diskusi paralel.
 
Sementara itu, Ketua Panitia Kongres Nurul Falah Eddy Pariang mengatakan, penyelenggaraan kegiatan itu terasa begitu istimewa bagi Indonesia karena dua kali diselenggarakan di Tanah Air.  "Tidak mudah suatu negara mendapat kepercayaan seperti ini, karena persyaratannya cukup ketat," ujarnya 

Antusias peserta tampak dari pendaftaran secara online yang  sudah ditutup pada H-7 karena kuotanya sudah tercapai. Menurut rencana akan hadir sebanyak 2.500 orang peserta, separuhnya adalah peserta dari Indonesia, sedangkan yang lain dari perwakilan negara-negara anggota FAPA yang berjumlah 17 negara. (dbs)

Top Ad 728x90