Top 15 Belanja R&D Farmasi (1)

Tahun 2009, menurut laporan yang baru dirilis Uni Eropa Industrial R&D Investasi Scorecard, di antara 1400 perusahaan bio farmasi terkemuka di seluruh dunia telah benar-benar membukukan keseluruhan pengeluaran R&D mereka bahkan pada saat krisis ekonomi global yang memicu kemunduran dalam pendanaan riset. 

Perolehan keuntungan dari belanja R&D di Eropa dan AS yang kisarannya masing-masing hanya 1,8% dan 2%. Namun membutuhkan kenaikan sebesar 26,5% di Jepang untuk benar-benar mendorong angka. Meningkatnya anggaran yang dikhususkan pada R&D dengan melakukan merjer dan akuisisi baru-baru ini telah mencerminkan ambisi besar dan kuat untuk mendanai bioteknologi terbaru.

FierceBiotech telah menganalisa jumlah dan bagaimana ke 15 anggaran farmasi tertinggi mendorong aktivitas R&D di seluruh dunia, dilengkapi dengan informasi strategi penelitian dari mereka. FierceBiotech telah mengolah data dari 15 perusahaan farmasi bioteknologi teratas untuk mendapatkan rincian belanja riset mereka.

1. ROCHE
Anggaran R&D sebesar US$ 8,7 milyar
Meningkat 9,1% dari  2008
Sebesar 19,4% dari total pendapatan


Pada tahun 2009 Roche menjadi pembelanja terbesar kedua R&D di dunia dengan anggaran senilai US$ 8,7 milyar. Bagi sektor farmasi, ini menduduki urutan pertama. Roche menjadi perusahaan paling produktif di bidang penemuan obat. Seperti farmasi besar lainnya yang akan melakukan merjer besar, Roche ingin memberi perlindungan terbaik dari apa yang diperolehnya saat mereviu semua pelaksanaan pipeline dan kebutuhan perizinan untuk mengakuisisi Genentech.


Simak juga: 
- 2015: Pasar Farmasi Akan Tumbuh 11,8% Jadi US$ 4,6 Miliar
- Realisasi Pertumbuhan Industri Farmasi 2014

FierceBiotech melaporkan bahwa Roche mungkin memutuskan untuk memutar beberapa aset-asetnya ke perusahaan barunya. Begitulah cara penanganan IP surplus sebelumnya. Dan dengan banyaknya bakat dan produk eksperimen di dalam linipipa, ada banyak sumber daya untuk dikembangkan.

Roche telah membuat 'iri' para pemain besar farmasi, karena tidak mengalami kerugian dalam jangka pendek pada jenis patennya yang umumnya akan cenderung menyurutkan pendapatan tahunan dalam waktu dekat. Tapi Roche juga mengalami serangkaian kemunduran klinik kunci yang tidak lazim bagi raksasa farmasi.

Salah satu wujud kemunduran terbesarnya di 2010 adalah kegagalan tahap akhir untuk ocrelizumab, terapi rheumatoid arthritis yang telah menjadi salah satu program andalannya pada tahun 2009. Menyusul pada tahun yang sama taspoglutide mengalami kemunduran pada studi klinik. Uji klinik mereka menunjukkan bahwa perusahaan ini telah menghabiskan dana
sangat besar, yang belum tentu menjaminnya dari risiko kegagalan di setiap studinya.

2. PFIZER
Anggaran R&D sebesar US$ 7,4 milyar
Menurun -2,4% dari 2008
Sebesar 15,5% dari total pendapatan 


Setelah memimpin belanja R&D di industri ini, Pfizer masih menyelipkan sedikit untuk tahun 2009. Pfizer telah bekerja lebih keras sejak tahun lalu yang 'menelan' Wyeth perusahaan riset ambisius. Tapi anggaran R&D gabungan Pfizer-Wyeth menghabiskan US$ 11milyar pada 2008.

Awal 2010 CEO Pfizer, Jeffrey Kindler (sebelum Ian Read CEO Pfizer saat ini) memaparkan rencana untuk memotong US$ 3 milyar dari anggaran R&D Pfizer. Pada 2012, keseluruhan anggaran R&D akan dirampingkan menjadi sekitar US$ 8,5 milyar. Seperti banyak pengembang obat lain, Pfizer telah banyak dikritik terkait kegagalannya dalam mengembangkan blockbuster baru untuk menggantikan obat populer yang telah memberinya keuntungan besar dimasa sebelumnya.

Tahun 2010 Pfizer memperoleh Dimebon, farmasi raksasa berlisensi untuk US$ 225 juta. Tetapi, obat itu gagal dalam studi Tahap III untuk Alzheimer. Tapi itu hanya satu dari rangkaian kegagalan uji klinik yang membuat Pfizer sering mendapat sindiran di Wall Street Journal. Saat ini, Pfizer harus menyelesaikan restrukturisasi R&D secara dramatis, dan membuat pensiun Jeffrey Kindler. Salah satu fokus Pfizer di masa depan adalah Cina, farmasi raksasa yang berambisi memperluas risetnya di Asia.

3. Novartis
Anggaran R&D sebesar US$ 7,06 milyar
Meningkat 2,5% sejak 2008
Sebesar 16,7% dari total pendapatan


Dengan anggaran R&D yang meningkat, Novartis mulai menguraikan rencana ekspansi R&D ambisiusnya di Cina. Sebagaimana diungkapkan oleh CEO Novartis Daniel Vasella, “You have to ask yourself, ‘Where do you need to be down the road?” And clearly it is here.” Secara keseluruhan Novartis telah memetakan rencana untuk menghabiskan semilyar dolar untuk operasional riset di Asia, sebagai pusat kegiatan pengembangan obat baru yang ditargetkan di Asia dan dunia.

Tahun 2010 Novartis telah menjabarkan rencana untuk memburu obat kanker baru di Cina, dengan rencana untuk memperkenalkan personalized therapy pertama pasar Cina pada 2013. "Kami sedang mengembangkan obat untuk pasien di Cina. Jika kita tidak dapat melakukan percobaan first-in-man di Cina, maka kita bisa hancur", kata pimpinan riset Novartis Chris Lu kepada Reuters. "Kami bekerja dengan Cina’s State Food and Drug Administration (SFDA) guna melihat semua kebutuhannya," lanjutnya.

4. Johnson & Johnson
Anggaran R&D sebesar US$ 6,66 milyar
Menurun -7,8% dari 2008
Sebesar 11,3% dari total pendapatan


Pada awal 2009, Kepala Riset J&J Paulus Stoffels menguraikan visinya dalam sebuah kerangka “open innovation” untuk pengembangan obat. "Pemenang di masa depan dalam permainan riset," katanya, "akan memahami bagaimana bermitra dengan perusahaan-perusahaan biotek dan kelompok akademis."

"Semua penyakit yang sederhana telah dipecahkan,” kata Stoffels ke Wall Street Journal. “Obat-obat, terapi generasi terbaru,  jauh lebih kompleks. Anda perlu lebih banyak informasi dan ilmu pengetahuan dari apa yang Anda bisa lakukan dari laboratorium internal saat ini.

"Bahwa strategi inovasi terbuka, tentu saja telah menjadi strategi dalam R&D di industri farmasi, yang telah berusaha berbuat cukup banyak hingga saat ini. Dalam kasus J&J, pendekatan baru untuk pelaksanaan riset juga akan memberi manfaat untuk mencapai kesepakatan dengan Wuxi PharmaTech guna meningkatkan jumlah pelaksanaan R&D yang giat dilakukan di Cina. 


J&J juga meningkatkan kekuatannya dengan melakukan akuisisi. Perusahaan farmasi raksasa ini telah membeli Crucell senilai US$ 2,4 milyar, mitra yang membantunya mewujudkan rencana barunya yang ambisius memasuki industri vaksin. Yang akan mendongkrak peringkat J&J ke jajaran Uni Eropa pada tahun 2011.

5. Sanofi Aventis
Anggaran R&D sebesar US$ 6,25 milyar
Meningkat sebesar 0,2% dari 2008
Sebesar 15,3% dari total pendapatan


Sanofi Aventis menghabiskan lebih banyak anggaran R&D di tahun 2009, dibandingkan perusahaan farmasi lain di Uni Eropa. Walaupun dikatakan sukses tetapi masih perlu diukur di masa depan dalam hal efisiensi. Lalu apa yang tengah dicoba oleh CEO Sanofi Aventis Chris Viehbacher seputar R&D?

Setelah mempersiapkan diri ke panggung yang hampir semuanya melakukan outsourcing, ia bertekad untuk lebih fokus pada kemitraan dan memperkecil pekerjaan di perusahaannya. Viehbacher telah menindaklanjuti dengan serangkaian kesepakatan baru, yang diperluasnya melalui kerjasama akademik dengan Harvard tahun ini.

Ia secara agresif telah membangun kembali linipipa perusahaan dan  bertekad untuk mengidentifikasi grup-grup program yang dapat dibangun oleh Sanofi di masa depan. Dan, Sanofi mengakhiri semua ini pada di akhir tahun dengan perlahan mengupayakan akuisisi Genzyme.

Restrukturisasi telah membuat Sanofi Aventis pindah ke lokasi-lokasi seperti Great Valley, sambil berupaya meraih dan merencanakan operasi besarnya di Boston terkait program pada kanker. Menurut Viehbacher, dalam dua tahun kedepan banyak pencari peluang baru pada obat-obat diabetes, kanker dan optalmologi. Pada awal tahun 2010, ia melaporkan bahwa belanja R&D Sanofi disusutkan hingga 7% di 2009.

Sanofi juga melaporkan portofolio R&D, tercatat sebanyak 49 proyek di pengembangan klinik, dimana sebanyak 17 proyek sedang melalui di Fase III, atau telah disampaikan kepada otoritas kesehatan untuk mendapatkan persetujuan. Menjelang akhir tahun 2010 Sanofi telah sepakat untuk menjual dua fasilitas risetnya kepada Covance yang agresif karena mereka ditekan kesepakatan outsourcing selama 10 tahun, sama halnya seperti yang telah dialami oleh Eli Lilly sebelumnya. Sanofi masih perlu langkah panjang menuju persetujuan baru guna mengubah bentuk usaha R&Dnya. Namun demikian tak satu pun perusahaan yang telah memandang dunia penemuan obat terbaru dengan cara lebih berani dari Sanofi.

6. GlaxoSmithKline (GSK)
Anggaran R&D sebesar US$ 5,59 milyar
Meningkat sebesar 9,5% dari tahun 2008
Sebesar 12,8% dari total pendapatan


Mulai 2009 GSK mencari sekitar 850 orang untuk memangkas belanja R&D-nya di AS dan Inggris, terutama pada tahap awal pekerjaan praklinis dan pengembangan. GSK telah melakukan saat menemukan sebesar US$ 1,4 miliar harus dipangkas dari anggarannya. Dari semua perusahaan Farmasi besar, GSK berbicara paling sering tentang riset transplantasi otak dari dunia biotek, sebagai model penelitian farmasi lean-and-mean yang perlu diikuti.
 


Beberapa tim penelitian GSK bahkan memesan peralatan mereka sendiri dengan nama kelompok mereka dan logo untuk membantu menekankan pola pikir baru, small-is-better. GSK membuat perubahan besar dalam struktur R&Dnya. Perusahaan ini mengoperasikan satu fasilitas utamanya di Verona, Italia, seperti fase pada beberapa unsur ilmu saraf dan menambahkan fokusnya baru pada area penyakit langka.
 

7. Merck
Anggaran R&D sebesar US$ 5,58 milyar 

Meningkat sebesar 21,6% dari 2008
Sebesar 21,3% dari total pendapatan


Setelah mengalami pemborosan, menyusul merjer dengan Schering-Plough, Merck memerlukan cukup banyak waktu sebelum meluncurkan suatu rencana perampingan komprehensif di pertengahan tahun 2010. Merck juga telah  mempersempit fokus risetnya untuk tujuh area kunci, yakni penyakit jantung, diabetes dan obesitas, penyakit menular; onkologi, saraf dan oftalmologi; pernapasan dan imunologi, kesehatan perempuan dan endokrin.

Seperti para pesaingnya, Merck telah menyuarakan kepentingan besar dalam bermitra karena ketergantungan pada R&D internal yang tidak produktif. Dan raksasa farmasi ini telah mengidentifikasi biosimilar sebagai fokus baru yang besar karena mengoptimalkan teknologi dan stafnya yang dibutuhkan untuk mendapatkan persetujuan obat selanjutnya.

Merck juga mencari peluang dukungan R&Dnya, diantara para pesaingnya. Dalam kesepakatan yang tidak terpikirkan di tahun sebelumnya, Merck bergabung dengan Eli Lilly dan Pfizer membuat grup riset baru di Cina. Berkolaborasi untuk obat kanker baru. Mengikuti jejak Lilly baru-baru ini saat menggelar penelitian outsourcing genomik selama lima tahun bersama Covance, yang telah mengambilalih laboratorium
ekspresi gen-nya yang berbasis di Seattle.


| next page |

Top Ad 728x90