OTC Products: 'A Healthy Perspective' (3)

"Bagi warga Korea, ini lebih merupakan masalah kehati-hatian, jelas Jellinek, warga Korea sangat berhati-hati saat muncul suatu penyakit, mereka mengenakan masker pada awal flu, atau ketika terjadi sebuah gelombang flu nasional.

Kehati-hatian ini juga tercermin dalam administrasi obat-obatan yang sering ada dalam dosis yang jauh lebih tinggi daripada di negara Barat. Namun, warga Korea juga dikenal sebagai pendukung kuat jamu tradisional. Beragam 'pengobatan alami' yang tersedia menawarkan alternatif kepada kedokteran barat dan makin banyak peminatnya.


Pertempuran merek: Lebih dari sekadar label?
Obat bermerek versus berlabel 'dari toko sendiri'? Perdebat-an ini melibatkan industri, bukan hanya pasar OTC. Tidak mengherankan jika opini yang berkembang berbeda-beda. Secara keseluruhan, 42% responden tidak memperhatikan 'label toko' di balik produk, sehingga menjadi efektif sebagai-mana produk obat bermerek (Spanyol sebesar 71%, Inggris dan AS keduanya 65%).


Sebaliknya, hampir sepertiga dari orang di seluruh dunia (27%) tidak menganggap 'label toko sendiri' itu efektif. UEA memiliki skor 52%, Chili 49%, Singapura 45%, sementara Inggris memiliki skor terendah 6%. Responden setuju dengan pandangan ini, dan menjadi atribut bagi Bob Douglas, Global Head of Synovate Healthcare untuk membangun persepsi dari kualitas.


Menurut Douglas, konsumen Inggris mungkin menganggap merek sebagai lambang yang merepresentasikan kualitas. Persepsi kualitas ini diperkuat oleh harga premium lebih dari generik dan fakta bahwa generik terkadang tidak memiliki kemasan dengan instruksi berbahasa Inggris yang muncul persepsi sebagai barang impor yang murah dan inferior.


Mungkin tidak mengherankan bahwa 44% responden memilih untuk memakai atau memberikan keluarga mereka produk bermerek. Mengingat, UEA merupakan yang terbanyak (86%), diikuti oleh Chili sebesar 79% (62% sangat setuju), dan Singapura (71%). "Ini disebabkan campuran kebangsa-an di UEA, mereka mencari merek yang digunakan kembali di rumah," kata Karlsson. "Merek internasional lebih dipercaya daripada merek lokal. Orang-orang di UEA menangani kesehatan dengan sangat serius, mereka lebih suka merek yang diakui, yang mereka percaya."


Namun dari keseluruhan pasar, ada sebagian kecil pasar tidak setuju bahwa mereka lebih memilih untuk mengguna-kan/memberikan keluarganya produk bermerek, sebesar 28%, khususnya 70% warga di Hongaria tidak setuju, diikuti oleh AS dan Perancis, 49% dan 48% masing-masing.


Tapi bagaimana apoteker melihat ketika berkenaan dengan produk bermerek? Bertentangan dengan pandangan konsu-men seperti di Perancis, apoteker menganggap merek memainkan peran penting, kata Marc Papanicola, Managing Director Synovate Perancis.


Apoteker merasa bahwa lebih mudah untuk merekomen-dasikan salah satu obat yang paling dikenalmya. Pasien lebih menyukai membeli obat dari informasi yang telah mereka dengar melalui kampanye iklan atau karena orang di sekitar mereka sudah menggunakannya. Ini lebih mudah meyakinkan kepada mereka tentang kemanjuran obat itu.

Oleh karena itu, kesadaran merek di antara pasien benar-benar penting bagi apoteker, last but not least, apoteker, tentu saja memperhitungkan marjin laba mereka. Mereka tidak memiliki marjin yang sama pada setiap merek. Oleh  karena itu mereka akan merekomendasikan merek yang secara finansial favorable bagi mereka, tergantung pada kesepakatan awal dengan perusahaan farmasi.


Di tangan profesional
Untuk menangani kesehatan biasanya kita hanya mencari siapa yang kita yakini dapat memberikan saran terbaik. Apakah dari seorang dokter, ataukah ada sumber-sumber informasi lain yang efektif dan dapat diandalkan?


Synovate menanyakan kepada responden yang mengguna-kan sumber informasi kesehatan. Secara keseluruhan, ter-dapat tiga profesi yang paling populer, yakni:


1. Dokter Praktek Umum/Dokter Keluarga /Dokter/Dokter Kesehatan Masyarakat sebesar 69%. Di sini, Belanda memimpin dengan skor 88%, diikuti oleh Australia 86% dan Belgia 85%, yang terendah adalah Korea 34%, Hong Kong 39%, AS 62%


2. Dokter Spesialis/Spesialis Kesehatan Masyarakat 34%. Taiwan memimpin dengan skor 75%, diikuti oleh Korea 61% dan Jerman 55%. Terendah adalah Hong Kong 7%, Indonesia 12%, Inggris 17%.

3. Apoteker/Ahli Kimia 29%. Di Australia tertinggi dengan 70%, Belgia 58%, dan Jerman 52%. Terendah adalah Hong Kong 6%, Indonesia 7%, 8% Serbia.

Menurut Bob Douglas, "Untuk beberapa hal, ini mencermin-kan struktur kesehatan di setiap negara secara individu serta kemudahan akses. Sebagai contoh, Belanda dan Inggris, dokter praktek umum adalah gatekeeper untuk kesehatan. Belanda menunjukkan skor tertinggi, 88%. Mereka akan mengunjungi dokter untuk mendapat nasihat untuk kesehat-annya dan Inggris adalah salah satu yang terendah dalam hal orang-orang yang mencari nasihat dari dokter spesialis.

"Peran apoteker dalam memberi nasihat tentang kesehatan ini sangat bervariasi. Di Australia 70% mengklaim, mereka mencari nasihat dari apoteker. Sementara di Hong Kong hanya 6%. Peranan apoteker diatur untuk berubah secara radikal dalam hal diagnosis dan pengobatan, dan data ini menunjukkan bahwa penerimaan dan pengambilan inisiatif ini diterima sangat berbeda-beda di berbagai negara."


Secara keseluruhan 46% responden khawatir atas pemakai-an obat tanpa resep dokter. Pada tingkat pasar, UEA merasa paling kuat dengan skor 64%, diikuti Singapura 63% dan  Hong Kong 61%. Demikian pula, sebanyak 42% responden di seluruh dunia tidak setuju dan mereka lebih memilih obat OTC daripada resep dokter. Reponden Serbia dan Taiwan, keduanya memiliki skor tertinggi, yakni 71%.


previous  |  next  |

Top Ad 728x90