Semester I 2012: Impor Bahan Baku Obat Capai Rp 7,4 Triliun

Semester I 2012, impor bahan baku obat diperkirakan mencapai Rp 7,4 triliun, meningkat 11% dibanding periode yang sama tahun 2011 lalu, menurut asosiasi perusahaan farmasi. 


 Kenaikan impor bahan baku obat seiring dengan peningkatan volume produksi perusahaan-perusahaan farmasi. Ketua PMMC, Kendrariadi Suhanda mengatakan impor bahan baku obat tahun ini diperkirakan mencapai Rp 11,9 triliun-Rp 12,3 triliun, meningkat 11%-15% dibanding tahun lalu yakni Rp 10,7 triliun.

Kendrariadi mengatakan,“Kenaikan impor bahan baku mengikuti proyeksi pertumbuhan industri farmasi nasional tahun ini. Sebagaimana sebelumnya, Ia mengatakan produsen farmasi umumnya mendatangkan bahan baku impor secara besar-besaran di awal tahun, dengan asumsi telah dialokasi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku hingga akhir tahun, sesuai proyeksi kebutuhan masing- masing produsen. “Itu merupakan tren yang selalu terjadi setiap tahun,” ujarnya.

Dengan adanya proyeksi kebutuhan, maka produsen tidak akan mengalami kekosongan bahan baku hingga akhir tahun. Sementara impor bahan baku obat pada semester II tahun 2012 ini diproyeksikan turun 33% menjadi Rp 4,92 triliun dibanding semester I 2012. Penurunan itu terjadi karena rata-rata bahan baku impor sudah didatangkan oleh produsen farmasi sepanjang kuartal I hingga akhir kuartal III 2012, sehingga impor pada akhir tahun relatif kecil.

“Relatif kecilnya impor di akhir tahun juga karena produsen bahan baku umumnya menghindari buffer stock,” ujarnya.

Kendrariadi menilai pertumbuhan impor bahan baku farmasi yang stabil antara tahun ini dan 2011 juga karena harga jual bahan baku farmasi yang diperkirakan stagnan sepanjang dua tahun terakhir. Stabilnya harga juga disebabkan karena persaingan antar produsen bahan baku farmasi di luar negeri yang semakin ketat.

Dengan persaingan yang ketat akan terbentuk harga pasar untuk bahan baku yang menjadi patokan harga jual bahan baku. Kenaikan impor bahan baku juga seiring target pertumbuhan penjualan sejumlah perusahaan farmasi, seperti Kalbe Farma dan Indofarma. Kedua perusahan itu menargetkan pertumbuhan penjualan sekitar 20%-25%.

“Target kenaikan itu karena perseroan melihat tidak ada faktor yang bisa menghambat pertumbuhan secara signifikan,” kata Vidjongtius, Direktur Keuangan Kalbe Farma. Pertumbuhan itu didukung langkah perseroan meluncurkan 15 produk baru pada tahun ini. “Produk baru itu ditargetkan berkontribusi 1%-2% terhadap penjualan,” ujar Vidjongtius. Sementara faktor harga akan berkontribusi 5%-6% terhadap target penjualan.

Sementara Indofarma berencana meluncurkan 16 produk baru pada tahun ini, untuk mendukung pertumbuhan penjualan hingga akhir tahun. Jumlah produk baru itu meningkat dibanding tahun lalu yakni 4 produk baru. “Investasi untuk peluncuran produk baru tahun ini mencapai Rp 25 miliar,” kata John Sebayang, Direktur Keuangan Indofarma. Investasi untuk produk baru itu antara lain akan digunakan untuk menguji kesetaraan produk generik baru pada originatornya (uji bioekuivalensi). (dbs)

Top Ad 728x90