,

Indofarma Jajaki Penerbitan MTN Lanjutan Senilai Rp 150 Miliar

PT Indofarma Tbk menjajaki penerbitan surat utang jangka menengah (medium term noted/MTN) pada semester II 2013 sebesar Rp 150 miliar, menurut direksi perseroan. Penerbitan surat utang tahun ini untuk membiayai ekspansi produksi obat generik.

Indofarma Jajaki Penerbitan MTN Lanjutan Senilai Rp 150 Miliar
Indofarma Jajaki Penerbitan MTN Lanjutan Senilai Rp 150 MiliarPT Indofarma Tbk menjajaki penerbitan surat utang jangka menengah (medium term noted/MTN) pada semester II 2013 sebesar Rp 150 miliar, menurut direksi perseroan. Penerbitan surat utang tahun ini untuk membiayai ekspansi produksi obat generik.

"Kami sedang menjajaki kemungkinan untuk penerbitan MTN setelah Juli 2013, jika diperlukan kami akan menerbitkan kembali sekitar Rp 150 miliar," kata John Guntar Sebayang, Direktur Indofarma.


Dia mengatakan ekspansi produksi dengan menggunakan dana MTN dilakukan dengan membangun pabrik di lahan milik perseroan, yang rencananya dimulai April 2013. Pembangunan pabrik tersebut diperkirakan menelan dana investasi senilai total Rp 300 miliar hingga 2014. "Penambahan kapasitas dilakukan untuk menghadapi pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) tahun depan," kata John.

Dia menambahkan perseroan tengah mengkaji alternatif opsi pendanaan lain untuk pembiayaan ekspansi tahun ini dan tahun depan. "Kami juga sedang menjajaki untuk pinjaman perbankan, selain dari penerbitan MTN," ujar John.

Indofarma telah menerbitkan MTN senilai Rp 120 miliar pada akhir 2012. Hasil penerbitan surat utang digunakan untuk modal kerja dan memperkuat kas. "Nilai penerbitan surat utang sebesar Rp 120 miliar sesuai dengan kebutuhan kami," kata Djakfarudin Junus, Direktur Utama Indofarma. Perseroan berencana menerbitkan surat utang senilai total Rp 500 miliar.

Surat utang Indofarma telah meraih peringkat idA- dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk penerbitan sebesar maksimal Rp 500 miliar pada 2012-2013. Terkait penerbitan surat utang ini, perseroan sudah mendapatkan persetujuan dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebagai pemberi pinjaman bagi Indofarma.

MTN sebesar maksimal Rp 500 miliar yang diterbitkan Indofarma berpotensi menaikkan rasio solvabilitas perusahaan. Dengan utang baru ini, rasio solvabilitas yang diukur dari rasio utang (leverage) berpotensi naik dari sebelumnya 1,7 kali pada kuartal I 2012 menjadi 2,52 kali. Level rasio leverage sebesar 1,7 kali merupakan level tertinggi di antara emiten farmasi lokal.

Pada periode ini rata-rata rasio leverage emiten farmasi lokal tercatat sebesar 1,44 kali. Rasio leverage Indofarma sebesar 1,7 kali yang lebih tinggi dibandingkan emiten lain sejenis menunjukkan tingkat risiko yang lebih tinggi terkait kemampuan perusahaan membayar utang. Meningkatnya rasio ini menjadi 2,5 kali akan mendorong tingkat risiko Indofarma yang sebelumnya sudah tergolong tinggi menjadi lebih tinggi lagi.

Rasio leverage sebesar 2,52 kali menunjukkan aset yang dimiliki 1,5 kali di atas ekuitas pemegang saham. Hal ini menunjukkan ekuitas pemegang saham tidak mencukupi untuk pengadaan aset ini. Untuk mencukupi keperluan ini, perusahaan mengandalkan utang untuk menutupi sisa keperluan pengadaan aset.

PT Kimia Farma  juga akan menerbitkan obligasi senilai maksimal Rp 400 miliar untuk ekspansi pabrik tahun ini. Direktur Utama Kimia Farma, Rusdi Rosman menuturkan pembangunan pabrik diperkirakan menelan investasi sebesar Rp 400 miliar-Rp 500 miliar, dan merupakan bagian dari alokasi belanja modal tahun ini.

"Dana belanja modal tahun ini senilai total Rp 660 miliar sebagian besar dari pinjaman atau sumber lainnya (obligasi)," ujar dia.

Rusdi menuturkan pabrik baru perseroan akan dibangun di Jakarta. "Kapasitas produksi ditargetkan bertambah tiga kali lipat dari yang ada saat ini sebesar 2,3 miliar tablet per tahun, jika pabrik baru beroperasi," tambah dia.

Penambahan kapasitas produksi juga dilakukan Kimia Farma untuk pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional. Pada saat itu, permintaan obat generik akan meningkat hingga tiga kali lipat.

Maura Linda Sitanggang, Dirjen Binfar dan Alkes Kementerian Kesehatan, mengatakan pemerintah akan mendorong industri untuk meningkatkan produksi obat generik sebesar tiga kali lipat. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan obat generik di 2014.

"Untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), kami akan mendorong industri untuk memproduksi tiga kali lipat obat generik," kata Maura.(dbs)

Top Ad 728x90