Kalangan ekonom memperkirakan kenaikan upah minimum regional (UMR) pada 2013 akan mendorong laju inflasi hingga di atas 5%, lebih tinggi dari target pemerintah yang sebesar 4,9%.
.
.
Ekonom PT Bank Central Asia, David Sumual mengatakan, jika upah minimum regional naik menjadi sekitar Rp 2 juta per bulan atau naik sekitar 20%-30% dari UMR saat ini, maka kenaikan tersebut akan berdampak cukup signifikan terhadap laju inflasi. Apalagi, jika kenaikan tersebut berlaku untuk seluruh daerah bukan hanya DKI Jakarta.
"Kenaikan UMR ini bukan hanya berdampak langsung terhadap laju inflasi, tetapi menimbulkan dampak tidak langsung yang akan merembet ke banyak sektor," kata David.
Kenaikan upah buruh ini juga dibarengi dengan kenaikan gaji pegawai, sehingga kemungkinan besar akan meningkatkan harga-harga baik kebutuhan pangan maupun transportasi. Apalagi kenaikan harga-harga ini akan mulai terjadi sejak saat diumumkan dan akan berlangsung hingga kenaikan harga benar-benar terealisasi.
"Pemerintah harus benar-benar hati-hati, harusnya pemerintah menaikkan upah buruh seperti tahun-tahun sebelumnya tidak terlalu besar," katanya.
Muhaimin Iskandar, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sebelumnya menyatakan hingga 4 November 2012 enam provinsi telah menetapkan besaran UMP untuk tahun 2013 yaitu Papua, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.
Muhaimin Iskandar, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sebelumnya menyatakan hingga 4 November 2012 enam provinsi telah menetapkan besaran UMP untuk tahun 2013 yaitu Papua, Bengkulu, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.
Pada 2013 Provinsi Papua menetapkan UMP sebesar Rp 1,71 juta, Bengkulu sebesar Rp 1,2 juta. Bangka Belitung Rp 1,27 juta, Sumatera Utara Rp 1,31 juta, Kalimantan Selatan Rp 1,34 juta dan Kalimantan Barat Rp 1,06 juta.
Sementara sidang Dewan Pengupahan DKI Jakarta pekan lalu menetapkan besar angka UMP 2013 sekitar 112% dari Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Ep 1,978 juta. UMP Jakarta naik 44% menjadi Rp 2,216 juta dibandingkan UMP 2012. Angka itu masih lebih rendah dari tuntutan buruh sebesar Rp 2,7 juta, namun lebih tinggi dari keinginan pengusaha Rp 2,1 juta.
David menambahkan, kenaikan upah akan membuat inflasi bisa bergerak hingga 5,5%, di atas target awal pemerintah tahun depan sebesar 4,9%. Ditambah lagi pada 2013 pemerintah memiliki peluang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. "Kalau harga BBM benar-benar naik maka inflasi tahun depan akan di luar kendali pemerintah," katanya.
Dari sisi eksternal, diperkirakan tidak ada faktor yang mendorong naiknya laju inflasi, karena ekonomi China yang masih memburuk. Tetapi, diperkirakan China akan memberikan stimulus untuk memacu pertumbuhan ekonomi, kebijakan ini akan mendorong naiknya harga-harga komoditas. " Ini akan memicu inflasi dari naiknya harga produk komoditas," katanya.
Ekonom Spesialis Ekonomi Makro EC-Think, Telisa Falianty mengatakan naiknya upah minimum pada tahun depan akan mendorong inflasi bergerak naik dibandingkan tahun ini. Selain itu pada tahun depan akan ada kenaikan tarif tenaga listrik. "Inflasi bisa melonjak ke angka 5%, jika pemerintah juga menaikkan harga BBM maka inflasi akan bergerak lebih liar," tuturnya.
Namun, pergerakan inflasi ini masih dapat tertahan jika kondisi panen padi dan pangan umum lainnya cukup baik, jika yang terjadi sebaliknya akan semakin menambah beban inflasi.
Dari sisi eksternal tekanan inflasi pada tahun depan cukup rendah. Hal ini dikarenakan perekonomian global masih berjalan lambat, sementara dari sisi permintaan masih cukup aman. "Shock yang mungkin terjadi dari sisi pasokan dan distribusi, karena sisi suppy terkait fenomena alam dan masih ada kemungkinan konflik Timur Tengah," katanya.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik, Sasmito Hadi Wibowo mengatakan kenaikan upah buruh yang cukup tinggi pasti akan berdampak terhadap inflasi. Besaran kenaikan upah buruh seharusnya sedikit di atas inflasi, karena jika kenaikannya terlalu besar bukan hanya berdampak pada inflasi tapi juga penutupan lapangan usaha.
"Dampaknya bisa ke pasar finansial jadi dampaknya ke inflasi mixed," ujarnya. (dbs)