,

Kimia Farma Fokus Kembangkan Obat Herbal

PT Kimia Farma terus mengatur strategi produksi demi mendongkrak kinerja keuangan. Di tahun ini, BUMN produsen obat-obatan berencana mengembangkan pembuatan obat herbal. GM Pengembangan Bisnis Strategis Kimia Farma, Djoko Rusdianto mengatakan, "Kami fokus ke pembuatan obat berbahan dasar alam, atau yang lebih dikenal dengan herbal.

Kimia Farma Fokus Kembangkan Obat Herbal
PT Kimia Farma terus mengatur strategi produksi demi mendongkrak kinerja keuangan. Di tahun ini, BUMN produsen obat-obatan berencana mengembangkan pembuatan obat herbal.
 

GM Pengembangan Bisnis Strategis Kimia Farma, Djoko Rusdianto mengatakan, "Kami fokus ke pembuatan obat berbahan dasar alam, atau yang lebih dikenal dengan herbal.

Perseroan tidak sendirian dalam ekspansi ini karena Kimia Farma juga menggandeng Universitas Padjajaran. Dalam membuat obat diabetes, misalnya, pengembangan obat menggunakan biji pala sebagai bahan dasar, yang sampai saat ini masih dalam tahap uji klinis.

Menurutnya, latar belakang strategi ini karena perseroan mencermati saat ini pasokan bahan dasar yang memenuhi pharmaceutical grade belum bisa dipoduksi di dalam negeri.

Sedangkan, pharmaceutical grade sendiri sejatinya merupakan industri hulu atau fondasi dalam produksi obat-obatan. Sampai saat ini, akunya, pelaku industri farmasi nasional baru bisa memproduksi bahan yang memenuhi industrial grade, yakni bahan dasar pembuatan obat yang tidak ditujukan untuk konsumsi manusia.

Selain itu, Djoko juga mengungkapkan masih kurangnya sumber daya dan dukungan dari pemerintah. Alhasil, sejauh ini, hampir 90% pasokan bahan baku untuk pembuatan obat harus diimpor dari asing. Tahun ini, perseroan menargetkan laba bersih mencapai 230 miliar rupiah dengan penjualan menembus 4 triliun rupiah.

Proyeksi ini ditopang juga oleh belanja modal sebesar 660 miliar rupiah. Sebelumnya, Direktur Utama Kimia Farma, Rusdi Rosman, memerinci perseroan mengalokasikan dana untuk membangun pabrik sebesar 400 miliar rupiah.

"Sementara sisa capex akan kami gunakan untuk membiayai ekspansi kami lainnya seperti membangun 100 klinik dan apotek minimal 50 unit," katanya, beberapa waktu silam. Pabrik tersebut nantinya akan meningkatkan kapasitas produksi Kimia farma hingga tiga kali lipat dari kapasitas produksi terpasang saat ini yang mencapai 2,3 miliar tablet per tahun.

Langkah Efisiensi
Sepanjang 2012, Djoko Rusdianto juga mengakui perseroan menggenjot efisiensi dalam pemotongan harga pokok dan barang. Efisiensi terlihat dari kenaikan beban pokok penjualan meningkat hanya sebesar 4,92% menjadi 2,56 triliun rupiah dari beban pokok penjualan tahun 2011 sebesar 2,44 triliun rupiah.

Sedangkan penjualan pada 2012 merangkak lebih tinggi sebesar 7,18% menjadi 3,73 triliun rupiah, lebih besar dari angka tahun sebelumnya yang sebesar 3,48 triliun rupiah. Hal itu mendorong angka pertumbuhan laba bruto Kimia Farma sanggup tumbuh 13,2% menjadi 1,17 triliun rupiah dari tahun sebelumnya 1,04 triliun rupiah. Laba bersih pun melesat 19,43% menjadi 205,13 miliar rupiah.

Nilai ini mengalami kenaikan dibanding sepanjang 2011 sebesar 171,76 miliar rupiah. Selain itu, perseroan juga mampu mengurangi beban keuangan di tahun 2012 sebesar 43,03% menjadi 6,87 miliar rupiah dari tahun sebelumnya 12,06 miliar rupiah. Posisi kas dan setara kas pada 31 Desember 2012 sebesar 316,5 miliar rupiah, sedangkan pada akhir tahun 2011 sebesar 199,38 miliar rupiah.

Djoko juga mengungkapkan saat ini Kimia Farma memacu ketepatan proyeksi kinerja dengan mulai menggunakan mekanisme tender melalui e-catalog (katalog elektronik). "Fungsinya untuk lebih dapat memastikan berapa komposisi perolehan dan beban produksi yang akan didapatkan pascaproduksi," paparnya.

Selain itu, sistem yang baru didirilis oleh Kementerian Kesehatan ini mensyaratkan kekuatan pabrik produksi obat tersebar di seluruh provinsi. Dari 150 perusahaan farmasi yang ada di Indonesia, hanya 25 perusahaan yang dapat mengikuti e-catalogue ini, salah satunya Kimia Farma. (*)

Top Ad 728x90