Pasar Farmasi Asia Tenggara Prospektif 2011

Kalbe dan Kimia Farma Siapkan Ekspansi
Dengan potensi omzet pasar farmasi di Asia Tenggara mencapai US$ 10 miliar, terutama di tiga negara yakni Indonesia, Filipina, dan Vietnam, PT Kalbe Farmadan PT Kimia Farma menyiapkan dana Rp 1,2 triliun untuk ekspansi ke kawasan tersebut. 



Anthony Charles Sunarjo, Ketua Umum Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi Indonesia, mengatakan pasar farmasi di Asia Tenggara rata-rata tumbuh 18% per tahun. Pasar Malaysia dan Vietnam tumbuh tercepat di kawasan, yakni mencapai 19% compound annual growth rate (CAGR) 2003-2010E. 


Pasar farmasi Malaysia 2010 diestimasikan senilai US$ 1,23 miliar. Sementara pasar farmasi Vietnam 2010 diestimasikan mencapai US$ 1,45 miliar dan pasar farmasi Filipina tumbuh rata-rata 14% CAGR 2003-2010E.


Menurut Anthony Kalbe Farma dan Kimia Farma berekspansi untuk meraup keuntungan dari potensi pasar tersebut dinilai tepat. Rencananya, kedua perusahaan tersebut mengembangkan jenis obat generik bermerek. "Tiga negara (Indonesia, Vietnam, Filipina) memiliki pertumbuhan penduduk dan konsumsi obat yang hampir sama, sehingga potensinya cukup besar," jelasnya.

Dana yang disiapkan Kalbe Farma dan Kimia Farma rencananya dipergunakan untuk mengakuisisi pabrik yang bertujuan menambah kapasitas produksi obat kedua perusahaan tersebut.


Kalbe Farma berencana mengalokasikan dana Rp1 triliun untuk akuisisi pabrik obat generik di Thailand, Indonesia dan Vietnam. Akuisisi tersebut dinilai akan memperluas pangsa pasar perseroan. Saat ini, kekuatan Kalbe justru terletak pada pasar dan distribusinya.


Kalbe akan mengembangkan obat resep berupa obat generik dan antibiotik di Vietnam karena pasar obat di negara tersebut dinilai sangat menjanjikan. "Masih dalam progress," tutur Vidjongtius, Direktur Keuangan Kalbe Farma. 


Perseroan menargetkan mampu meraih pendapatan konsolidasi sebesar Rp 11,6 triliun, atau naik 14,1% dari proyeksi pendapatan 2010, yakni Rp 10,1 triliun. Dari target itu, perusahaan memperkirakan laba bersih meningkat 15%-18% dari proyeksi laba bersih tahun lalu, yakni Rp 1,3 triliun.


Kalbe juga menaikkan belanja modal pada 2011 menjadi Rp 650 miliar dari sebelumnya Rp 500 miliar. Selain untuk pembangunan pabrik, dana belanja modal digunakan untuk pembelian mesin baru, mengembangkan cabang baru di enam daerah, yakni Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Denpasar, serta Jayapura, serta pengembangan teknologi informasi.

Hingga kuartal III 2010 perseroan mencatat penjualan naik 12% menjadi Rp 7,27 triliun dibandingkan dengan periode sama pada 2009 senilai Rp 6,49 triliun. Laba usaha tumbuh 22% mencapai Rp 1,29 triliun pada kuartal III 2010 dibandingkan dengan kuartal III tahun sebelumnya.


Kimia Farma berencana menggelontorkan dana Rp 200 miliar untuk ekspansi pabrik di Malaysia. Perseroan akan bekerjasama dengan Averroes Pharmaceuticals untuk membangun pabrik obat serta beberapa apotek di Malaysia.


Memiliki alasan yang kurang lebih sama dengan Kalbe, Kimia Farma menilai potensi pasar farmasi di Malaysia masih cukup besar. Meskipun sempat tertunda sejak 2010, tapi sudah dapat dipastikan bahwa rencana itu akan terealisasi tahun ini.


Kimia Farma siap mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp100 miliar di 2011. Angka tersebut sama dengan capex perseroan pada 2010. Realisasi anggaran belanja modal itu digunakan untuk penguatan bisnis ritel perseroan khususnya apotek.


Hingga kuartal III 2010, pendapatan Kimia Farma mencapai Rp 1,89 triliun, turun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,91 triliun karena kenaikan beban pokok penjualan. Laba bersih perseroan hingga kuartal III 2010 sebesar Rp 38,9 miliar, meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 26,8 miliar. (erw)

Top Ad 728x90