Industri Farmasi Minta Tax Holiday


Lima industri berhak mendapatkan tax holiday





Ketua IPMG Luthfi Mardiansyah mengatakan produsen farmasi meminta fasilitas insentif tax holiday untuk memacu investasi di sektor farmasi di dalam negeri. Luthfi yakin jika insentif diberikan, investasi akan mengalir signifikan ke Indonesia. Bahkan, lanjut dia, membuka peluang investasi bahan baku farmasi di dalam negeri. 



"Investasi di sektor ini membutuhkan insentif. Bagaimana misalnya? diberikan tax holiday 5 tahun. Investasi di farmasi itu membutuhkan modal besar. Minimal US$ 100 juta. Insentif ini juga bisa mendorong investasi bahan baku di sini," kata Luthfi usai diskusi tentang Industri Farmasi di Jakarta.



Menanggapi hal itu, Menteri Perindustrian MS Hidayat tidak berkomentar banyak. "Kemarin kan sudah diumumkan siapa saja yang bisa menerima insentif tax holiday itu. Syaratnya jelas, yakni nilai investasinya harus signifikan, syukur-syukur di luar Pulau Jawa, dan menyerap tenaga kerja, mungkin bisa dipertimbangkan. Tapi, kalau obat atau bahan baku, saya kira tidak ada," kata Hidayat.



Lima industri berhak mendapatkan tax holiday adalah industri logam dasar, industri pengilangan minyak bumi dan atau kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam, industri permesinan, industri dalam bidang sumber daya terbarukan, dan industri peralatan telekomunikasi. Selian itu, industri itu harus mempunyai investasi minimum senilai Rp1 triliun dan merupakan industri pioneer.



Selain insentif tax holiday, Luthfi  berharap, pemerintah mengubah aturan daftar negatif investasi (DNI). Diantaranya, yang mengharuskan investasi farmasi oleh modal asing maksimal 75%. Artinya, harus bermitra dengan pemodal lokal sekitar 25%.



"Kami berharap aturan itu diubah. Karena, susah mencari partner dengan 25% dari lokal. Terutama, terkait jaminan perlindungan paten. Kami berharap porsinya diubah menjadi 90% asing dan lokal 10%. Setidaknya, dengan 90%, modal prinsipal lebih dominan sehingga menjamin perlindungan dan keamanan paten," kata Luthfi.



Dia mengatakan, peluang investasi di sektor farmasi di Indonesia berpotensi besar. Meski, lanjut dia, Indonesia bergantung hingga 90% pada bahan baku impor.(erw)




Top Ad 728x90