BUMN Farmasi Diminta Pasok Bahan Baku Obat

Kementerian Kesehatan RI meminta perusahaan farmasi pelat merah memproduksi bahan baku obat. "Sebanyak 96 persen bahan baku obat masih dari impor," kata Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Maura Linda Sitanggang, ketika ditemui seusai acara Konsultasi Publik Meningkatkan Ketahanan Ekonomi Nasional dalam Menghadapi Dinamika Ekonomi Global di Graha Sawala, Kementerian Koordinator Perekonomian, Kamis, 21 Juni 2012.



Sebagai negara yang terkenal kaya akan aneka ragam tanaman obat-obatan, aneh jika Indonesia masih mengandalkan bahan baku untuk obat-obatan impor dari luar negeri. Dia pun berencana menemui Kementerian Badan Usaha Milik Negara agar perusahaan pelat merah seperti Indofarma, Kimia Farma, dan Biofarma mau menjadi pelopor untuk memproduksi bahan baku obat.

Rencana ini, menurut Linda, sudah diusulkan sejak Endang Rahayu masih menjabat sebagai Menteri Kesehatan. "Karena ibu sakit kemudian wafat, jadi sedikit tertunda," katanya.

Untuk mewujudkan industri hulu ini, Kementerian Kesehatan bersama instansi lain membentuk kelompok kerja nasional. Bersama dengan institusi industri, bisnis dan pemerintah yang diwakili oleh Kemenkes, Kemenko, dan Kementerian BUMN, mereka akan berusaha mendorong produksi bahan baku obat. Selama ini bahan baku farmasi diimpor dari India dan Cina.

Jika mayoritas bahan baku masih impor, Linda menyebut 90 persen kebutuhan obat nasional sudah bisa disediakan dari produsen lokal. Sisanya 10 persen masih diimpor dari negara lain yang memiliki teknologi tinggi. Ada beberapa obat yang jika Indonesia memproduksi sendiri malah memerlukan biaya yang cukup mahal dibanding mengimpor. (dbs)

Top Ad 728x90