Profitabilitas Farmasi Lokal Lebih Rendah dari Farmasi Asing

Perusahaan farmasi asing memiliki profitabilitas yang lebih tinggi dibanding perusahaan farmasi lokal. Profitabilitas yang diukur dari marjin laba usaha menunjukkan perusahaan farmasi asing memiliki rata-rata marjin laba usaha sebesar 21,15%, sedangkan perusahaan farmasi lokal hanya sebesar 10,23%.


Analisis pada tingkat profitabilitas dari perusahaan farmasi asing yang mencakup PT Merck Tbk (MERK), PT Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBI), PT Schering-Plough Indonesia Tbk (SCPI), dan PT Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA). Dianalisis pula perusahaan farmasi lokal yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF), dan PT Pyridam Farma Tbk (PYFA). Analisis tersebut menggunakan basis data laporan keuangan kuartal I 2012.

Hasil analisis menyebutkan perusahaan farmasi asing mencatat marjin kotor rata-rata sebesar 52,4%, sedangkan perusahaan farmasi lokal sebesar 45,09%. Marjin kotor perusahaan farmasi lokal berada dalam rentang yang relatif sama dengan perusahaan farmasi asing, yakni antara 30%-60%.

Hal ini mengindikasikan bahwa beban pokok produksi perusahaan farmasi asing dan lokal relatif sama. Namun ketika membandingkan marjin laba usaha kedua kelompok perusahaan farmasi ini, dapat terlihat perbedaan yang cukup signifikan.

Dari lima perusahaan farmasi lokal tercatat hanya satu perusahaan yakni Kalbe Farma yang mencatat marjin laba usaha di atas 16%. Sementara dari empat perusahaan farmasi asing, tercatat tiga perusahaan yang memiliki marjin laba usaha di atas 16%. Jika dihitung dengan marjin laba usaha rata-rata, antara perusahaan asing dan lokal menunjukkan perbedaan sebesar 10,9%.

Sementara itu, rata-rata marjin kotor perusahaan farmasi asing hanya terpaut 7,32% dengan perusahaan lokal. Perbedaan yang lebih besar dari sisi marjin laba usaha menunjukkan inefisiensi yang lebih besar pada sisi operasional perusahaan farmasi lokal.

Berdasarkan perhitungan riset, tampak bahwa rata-rata beban umum dan administrasi perusahaan farmasi lokal mencapai 11,2% terhadap penjualan, sedangkan perusahaan asing hanya mencapai 6,8%. Sekalipun secara umum perusahaan farmasi asing memiliki marjin laba usaha yang lebih baik, terdapat satu perusahaan farmasi asing yang memiliki kinerja di bawah rata-rata industri farmasi secara keseluruhan.

Diantara total sembilan perusahaan farmasi yang dianalisis, tercatat hanya Schering-Plough yang mencatat marjin laba usaha negatif atau mengalami kerugian usaha.

Hampir Setara
Walaupun secara rata-rata profitabilitas perusahaan farmasi lokal relatif lebih rendah dibanding perusahaan farmasi asing, dua perusahaan lokal yakni Kalbe Farma dan Tempo Scan dapat mencatatkan marjin usaha yang hamper setara dengan salah satu perusahaan asing yakni Darya-Varia.

Sementara Indofarma dan Kimia Farma tercatat memiliki marjin laba usaha terendah diantara lima perusahaan farmasi lokal. Rendahnya marjin profitabilitas Indofarma disebabkan inefisiensi dalam kegiatan operasionalnya. Pos beban karyawan umum dan administrasi Indofarma tercatat mencapai 16% dari pendapatan perseroan, angka ini merupakan angka tertinggi dibanding delapan perusahaan farmasi lain. Sedangkan rendahnya profitabilitas Kimia Farma lebih dikontribusikan inefisiensi yang terjadi sejak di level hulu.

Dilain pihak, Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Kalbe Farma Vidjongtius, mengatakan marjin kotor Kalbe Farma turun di kuar tal I 2012 menjadi 49% dari periode yang sama tahun lalu 51,8%. Penurunan marjin kotor itu terjadi akibat dari perubahan komposisi bisnis di 2012 dengan kontribusi yang lebih besar dari divisi distribusi dan logistik. Divisi distribusi dan logistik berkontribusi paling tinggi terhadap penjualan Kalbe Farma di kuartal I 2012 dibanding divisi lainnya, yakni divisi obat resep, divisi produk kesehatan, dan divisi nutrisi.

Sementara Indofarma memiliki marjin kotor yang terus meningkat secara signifi kan, hingga kuartal I 2012 marjin kotor Indofarma mencapai 42%. “Peningkatan marjin Indofarma karena perseroan melakukan penataan portofolio produk mengarah pada perbaikan mutu marjin,” kata Ahdia Amini, Sekretaris Perusahaan Indofarma kepada wartawan. (dbs)

Top Ad 728x90