Merck Indonesia, menargetkan kinerja ekspor obat ke luar negeri mampu menyamai penjualan di pasar lokal yang mencapai 50% dari total omset penjualan perusahaan. "(Kami) tidak tahu kapan mencapai itu, tapi kami menuju ke sana," kata Direktur Merck, Elly Megawati Asali, usai pertemuan pers di Jakarta, Rabu, 6 Juni 2012.
Penjualan ekspor tahun 2011 sebanyak 35%. Sedangkan sisanya sebanyak 65% dijual di dalam negeri. Tahun ini, dia memprediksi kontribusi ekspor meningkat dibandingkan sebelumnya. "Tahun ini naik di kisaran 30-35%. Tahun 2013 ingin menambah, tetapi tergantung kondisi luar negeri juga," ujarnya.
Elly mengatakan, perusahaan terus mengembangkan fasilitas pabriknya yang berlokasi di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Pabrik seluas 1.250 meter persegi itu dipersiapkan untuk memproduksi produk antara lain tablet, kapsul, sirup, dan tetes hidung. "Untuk tablet saja kapasitas produksinya 500 juta per tahun," kata dia.
Selain di dalam negeri, produk seperti Sangobion, Neurobion, dan Becombion juga dipasarkan ke Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Hong Kong. Menurut Elly, pabrik di Pasar Rebo ditargetkan menjadi pusat produksi farmasi Asia Tenggara. Hingga kini, hanya Indonesia yang menjadi lokasi pabrik Merck di Asia Tenggara. Sedangkan di Asia hanya di India dan Pakistan.
Direktur Keuangan Merck, Bambang Nurcahyo, tak ingin menyebut belanja modal tahun ini untuk mendukung target perusahaan. Namun ia memperkirakan belanja modal bakal sama seperti tahun lalu sebesar Rp 11 miliar. Dari belanja modal itu, Rp 5,5 miliar dipakai merawat pabrik di Pasar Rebo, termasuk mengganti mesin produksi dan memperbaiki gudang. "Sisanya digunakan membeli mobil operasional," ujarnya.
Hingga saat ini, saham emiten dengan kode efek MERK itu stagnan di posisi Rp 145 ribu per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 3,24 triliun. Bambang mengatakan, perusahaan tidak berencana melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split). "Karena harga saham Merck sudah sesuai dengan harga industri. Itu asli," katanya. (dbs)
Penjualan ekspor tahun 2011 sebanyak 35%. Sedangkan sisanya sebanyak 65% dijual di dalam negeri. Tahun ini, dia memprediksi kontribusi ekspor meningkat dibandingkan sebelumnya. "Tahun ini naik di kisaran 30-35%. Tahun 2013 ingin menambah, tetapi tergantung kondisi luar negeri juga," ujarnya.
Elly mengatakan, perusahaan terus mengembangkan fasilitas pabriknya yang berlokasi di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Pabrik seluas 1.250 meter persegi itu dipersiapkan untuk memproduksi produk antara lain tablet, kapsul, sirup, dan tetes hidung. "Untuk tablet saja kapasitas produksinya 500 juta per tahun," kata dia.
Selain di dalam negeri, produk seperti Sangobion, Neurobion, dan Becombion juga dipasarkan ke Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Hong Kong. Menurut Elly, pabrik di Pasar Rebo ditargetkan menjadi pusat produksi farmasi Asia Tenggara. Hingga kini, hanya Indonesia yang menjadi lokasi pabrik Merck di Asia Tenggara. Sedangkan di Asia hanya di India dan Pakistan.
Direktur Keuangan Merck, Bambang Nurcahyo, tak ingin menyebut belanja modal tahun ini untuk mendukung target perusahaan. Namun ia memperkirakan belanja modal bakal sama seperti tahun lalu sebesar Rp 11 miliar. Dari belanja modal itu, Rp 5,5 miliar dipakai merawat pabrik di Pasar Rebo, termasuk mengganti mesin produksi dan memperbaiki gudang. "Sisanya digunakan membeli mobil operasional," ujarnya.
Hingga saat ini, saham emiten dengan kode efek MERK itu stagnan di posisi Rp 145 ribu per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 3,24 triliun. Bambang mengatakan, perusahaan tidak berencana melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split). "Karena harga saham Merck sudah sesuai dengan harga industri. Itu asli," katanya. (dbs)