Maura menjelaskan peningkatan nilai tender pengadaan obat dan vaksin sesuai dengan proyeksi pertumbuhan pelayanan kesehatan dasar yang diberikan pemerintah. “Kami merencanakan nilai tender pengadaan obat dan vaksin di 2013 meningkat 10%,” ujarnya kepada wartawan.
Setiap tahun Pemerintah melakukan tender pengadaan obat, terutama Obat Generik Esensial dan Vaksin untuk mendukung program Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Obat dan Vaksin hasil tender itu selanjutnya didistribusikan ke Puskesmas untuk subsidi pelayanan kesehatan bagi warga yang tidak mampu. Jumlah sasaran peserta dalam program Jamkesmas ditargetkan 19,1 juta rumah tangga (warga miskin) atau sekitar 76,4 juta jiwa.
Tahun 2012 ini, nilai tender pengadaan Obat dan Vaksin dari pemerintah mencapai Rp 1,3 triliun, meningkat 8% dibanding 2011, sebesar Rp 1,2 triliun. Peningkatan nilai tender pengadaan Obat dan Vaksin pemerintah disesuaikan dengan kebutuhan.
Pada 2012, pemerintah mempercepat pelaksanaan tender pengadaan Obat dan Vaksin. Hingga awal September 2012, tender pengadaan Obat dan Vaksin telah mencapai 95% atau sekitar Rp 1,23 triliun. Upaya pemerintah mempercepat tender Pengadaan Obat dan Vaksin dapat menguntungkan empat perusahaan farmasi milik negara, yakni Kimia Farma, Indofarma, Phapros, dan Biofarma.
OBAT GENERIK
Saat ini untuk obat generik untuk kebutuhan pemerintah sebagian besar masih diproduksi produsen farmasi milik negara, seperti Kimia Farma dan Indofarma. Sedangkan Biofarma hanya memproduksi vaksin.
Pada semester I 2012, Indofarma meraih penjualan obat generik sebesar Rp 404 miliar, meningkat 25% dibanding semester I 2011 sebesar Rp 323 miliar. Kenaikan itu merupakan kontribusi dari pertumbuhan volume penjualan. “Peningkatan penjualan pada semester I tahun ini juga seiring dimulainya pelaksanaan pengadaan tender Obat Generik dan Vaksin yang merupakan tender pemerintah pada 2012 sejak Juni lalu,” kata Djakfarudin Junus, Direktur Utama Indofarma.
Pada 2012, Indofarma menargetkan komposisi sebesar 60% dari penjualan reguler dan 40% dari pendapatan tender pemerintah.
Dengan memperbesar porsi penjualan dari segmen reguler, Indofarma akan menjaga persaingan dalam produk obat generik nasional dan obat generik jenis baru, khususnya dalam menghadapi persaingan dengan produsen asing. Dari peningkatan penjualan itu Indofarma meraih laba bersih sebesar Rp 6,5 miliar di semester I 2012, sementara pada semester I tahun 2011 masih mengalami rugi bersih Rp 23,34 miliar. Djakfarudin menuturkan selain ditopang pertumbuhan penjualan, kenaikan laba bersih juga didukung efi siensi yang dilakukan perseroan pada tahun ini.
Sementara Kimia Farma mencatat kenaikan penjualan di semester I 2012 sebesar 12,8% menjadi Rp 1,58 triliun secara tahunan. Direktur Keuangan Kimia Farma, Arief Budiman mengatakan kenaikan penjualan ditopang oleh peningkatan penjualan domestik sebesar 9,5% dan pertumbuhan penjualan ekspor sebesar 155%. “Penjualan domestik berkontribusi 96% terhadap penjualan Kimia Farma, sisanya dari penjualan ekspor,” kata Arief. (erw)