,

Industri Farmasi Siap Hadapi Era SJSN

Industri farmasi di Indonesia dinilai telah siap menghadapi pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 2014, menurut Kemenkes. Kesiapan itu dilihat dari ekspansi produksi yang dilakukan sejumlah produsen obat generik.

Industri farmasi di Indonesia dinilai telah siap menghadapi pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 2014, menurut Kemenkes. Kesiapan itu dilihat dari ekspansi produksi yang dilakukan sejumlah produsen obat generik.


Industri Farmasi Siap Hadapi Era SJSN
"Kemenkes melihat kemampuan dan fasilitas produksi yang dimiliki oleh 60 produsen obat generik siap untuk mendukung ketersediaan obat generik dalam pelaksanaan SJSN," kata Maura Linda Sitanggang, Dirjen Binfar dan Alkes Kemenkes kepada wartawan. Saat ini, 95% kebutuhan obat generik nasional dipasok oleh industri farmasi dalam negeri.

Maura menuturkan pelaksanaan SJSN akan menjadi peluang pasar baru yang bisa dimanfaatkan oleh produsen obat generik. "Dengan adanya pasar baru itu, tentu memacu produsen untuk meningkatkan kapasitas produksi guna menjaga ketersediaan obat generik," katanya.

Di sektor industri farmasi, saat ini terdapat 20 perusahaan yang menguasai 40% volume obat nasional, dari total sekitar 205 produsen. "Dengan mendorong 20 perusahaan itu saja sudah besar, belum lagi sekitar perusahaan-perusahaan farmasi lainnya," ujar Maura.

Kemenkes menilai obat generik merupakan obat yang biayanya paling efektif dan sudah terbukti di berbagai negara. Kemenkes menargetkan porsi obat generik di Indonesia pada 2014 dapat mencapai 90% dari total pasar farmasi nasional.

Saat ini secara nilai porsi obat generik baru mencapai 10%-11% atau sekitar Rp 4,5 triliun dari pasar obat nasional 2011 sebesar Rp 45 triliun. Dari sisi volume, obat generik berkontribusi 38% dari total volume obat nasional. "Sementara di negara maju, volume obat generik bisa 70% dari total obat," ujar Maura.

Beberapa produsen farmasi seperti Kalbe Farma, Indofarma, Mahakam Beta Farma meningkatkan kapasitas produksi obat generik dalam menghadapi pelaksanaan SJSN. 

Kalbe Farma memproyeksikan pertumbuhan penjualan obat generik perusahaan tumbuh di atas 20%-25% seiring penerapan SJSN di 2014. Vidjongtius, Direktur Kalbe Farma, mengatakan perusahaan akan menyiapkan infrastruktur dan distribusi untuk menangkap peluang pertumbuhan obat generik dengan adanya program SJSN.

Perseroan telah menyelesaikan pembangunan pabrik baru obat generik yang menelan investasi sebesar Rp 150 miliar dari anggaran belanja modal tahun lalu. "Potensi pertumbuhan obat generik positif dengan peluang peningkatan pangsa pasar," ujarnya.

Meski demikian, kontribusi penjualan obat generik masih tergolong kecil terhadap penjualan konsolidasi Kalbe Farma. Di 2011, penjualan obat generik hanya berkontribusi sekitar 2%-3% terhadap penjualan konsolidasi Kalbe Farma. Penjualan Kalbe Farma mencapai Rp 10,91 triliun pada 2011, naik 6,7% dibandingkan 2010 sebesar Rp 10,22 triliun.

Indofarma juga berencana meningkatkan kapasitas produksi obat generik hingga mencapai 6,9 miliar tablet per tahun pada akhir 2013, naik 200% dibanding kapasitas produksi saat ini 2,3 miliar tablet per tahun. "Peningkatan kapasitas tersebut ditargetkan selesai pada akhir 2013 untuk mengantisipasi program SJSN," ujar Kosasih, Direktur Produksi Indofarma.

Pembangunan pabrik untuk meningkatkan kapasitas produksi dilakukan perseroan di lahan milik Indofarma di Cibitung, Bekasi, dan menelan dana investasi sebesar Rp 100 miliar. 

Mahakam Beta Farma menambah kapasitas produksi hingga tiga kali lipat pada tahun ini "Penambahan kapasitas dilakukan untuk berpartisipasi memenuhi kebutuhan obat generik SJSN," kata Nanny Tjandra, CEO Mahakam Beta Farma. Ekspansi dilakukan di pabrik milik perusahaan di Jakarta, karena lahan produksi milik perseroan masih mencukupi untuk dilakukan perluasan produksi. (erw)

Top Ad 728x90