Omset Penjualan produsen farmasi asing di Indonesia tahun ini ditargetkan naik 12% menjadi US$ 1,35 miliar dibanding 2012. Menurut International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG), kenaikan itu ditopang pertumbuhan volume penjualan.
Luthfi Mardiansyah |
"Kenaikan itu juga mengikuti proyeksi pertumbuhan industri
farmasi nasional tahun ini," ujar Luthfi Mardiansyah, Ketua Umum IPMG.
Tahun ini, penjualan produsen farmasi di Indonesia ditargetkan mencapai US$ 5,4
miliar, naik 14,89% dibanding proyeksi tahun lalu US$ 4,7 miliar.
Luthfi menuturkan peningkatan penjualan produsen farmasi,
termasuk produsen asing, seiring makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan
kesehatan. "Kenaikan anggaran kesehatan oleh pemerintah juga mendukung
pertumbuhan penjualan produsen farmasi asing," tambahnya.
Kenaikan penjualan juga seiring ekspansi yang dilakukan
oleh produsen farmasi asing pada tahun 2012 dan tahun ini. Ekspansi dilakukan
untuk mendukung target pertumbuhan penjualan masing-masing produsen.
Ekspansi produsen tahun lalu dan tahun ini dilakukan
dengan pendirian pabrik baru, serta perluasan fasilitas produksi.
"Ekspansi juga dilakukan untuk menghadapi pelaksanaan Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) di 2014," tambah Lutfi.
Bayer Indonesia, Pfizer Indonesia, dan Merck Sharp &
Dohme, berinvestasi dengan menambah kapasitas produksi di tahun 2012 senilai
total US$ 44 juta. Peningkatan kapasitas itu untuk menunjang pertumbuhan bisnis
perusahaan, baik di pasar domestik maupun ekspor.
Bayer Indonesia
menambah investasi di 2012 senilai US$ 20 juta untuk membangun pabrik baru.
Pembangunan pabrik itu dilakukan untuk memperbesar kapasitas produksi obat
bebas (over the counter/OTC).
"Pada dasarnya perusahaan farmasi
membangun pabrik agar bisa memproduksi secara efisien. Melihat regulasi
di Indonesia mengharuskan memiliki pabrik, untuk dapat memasarkan produk,
karena itu mereka membangun pabrik," kata Parulian Simanjuntak, Direktur
Ekeskutif International Pharmaceutical Manufacturers Group.
Pfizer Indonesia
juga menambah kapasitas pabrik obat generik tahun ini. Dengan penambahan itu,
kapasitas produksi perusahaan akan meningkat 50% menjadi 300 juta tablet per
tahun, dari sebelumnya 200 juta tablet per tahun.
Perluasan pabrik senilai US$ 3 juta itu seiring target
pertumbuhan penjualan Pfizer, yang mengikuti pertumbuhan farmasi nasional per
tahun. Produk obat generik yang dihasilkan pabrik perluasan akan diutamakan
untuk pasar domestik, seiring rencana pemberlakuan sistem jaminan sosial
nasional pada 2014.
"Perluasan pabrik juga untuk memfasilitasi transfer
teknologi dalam hal produksi," ujar Widyaretna Buenastuti, Direktur Pfizer
Indonesia. Dalam hal ini perusahaan berkerjasama dengan perusahaan induknya,
yakni Pfizer Inc. Perluasan pabrik dilakukan di lahan produksi yang dimiliki
perseroan di Jalan Raya Bogor, Jakarta Timur.
Dia mengatakan salah satu alasan pemerintah mengharuskan
produsen farmasi asing membangun pabrik adalah untuk menghilangkan
ketergantungan pasokan produk farmasi impor. "Menurut kami, produk apa pun
yang mampu diproduksi di Indonesia tentu akan diupayakan untuk diproduksi di
Indonesia," ujar Widyaretna.
Merck Sharp &
Dohme merealisasikan perluasan fasilitas pabrik pengemasannya di Pasuruan,
Jawa Timur, senilai US$ 21 juta. Perluasan itu untuk memasok kebutuhan
obat-obatan di Indonesia dan Asia.
"Fasilitas pengemasan baru ini akan membantu kami
mencapai misi memenuhi permintaan pelanggan terhadap produk-produk Merck sesuai
kebutuhan pasar regional," kata John Markels, Senior Vice President
Operations Merck Manufacturing Division. Pabrik pengemasan ini adalah
pengembangan dari fasilitas produksi farmasi pertama di Pasuruan yang dibangun
Merck pada 1975 dan beroperasi hingga kini. (dbs)