BASIS MANUFAKTUR DAN PEMASARAN
Selain itu, dengan mengandalkan paten pihak ketiga, perusahaan dapat memilih jenis produk yang telah terbukti memiliki penerimaan yang tinggi di pasar. Dengan melakukan riset sendiri, perusahaan juga menanggung risiko gagalnya produk hasil riset secara komersil atau kurang mendapat penerimaan di pasar.
Ini merupakan hambatan besar bagi Indonesia untuk
bisa mengembangkan industri farmasi yang mandiri karena Indonesia masih bergantung
kepada keberadaaan obat paten atau off paten.
Hal ini juga tidak memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan karena sebagian keuntungan dari obat yang diproduksi akan dinikmati pemilik paten yang mayoritas berasal dari luar negeri. (erw)
| previous |
Pos beban pokok penjualan dan pemasaran yang menempati
pos pengeluaran terbesar sembilan perusahaan farmasi menunjukkan Indonesia
hanya merupakan basis produksi dan pemasaran produksi.
Pada umumnya, perusahaan farmasi Indonesia memproduksi
obat dengan formula ataupun merek yang telah dipatenkan pihak lain, baik yang
telah habis masa berlakunya maupun yang masih berlaku. Hal ini tampak dari
tidak adanya alokasi khusus riset sementara pengeluaran untuk royalti dan
lisensi tertera dalam laporan keuangan.
Pada kenyataannya perusahaan farmasi Indonesia cenderung
mengandalkan paten pihak luar karena perusahaan dapat langsung melakukan pemasaran
produk tanpa perlu menanggung beban riset yang memerlukan investasi yang besar
dan waktu pengujian yang lama dengan tingkat keberhasilan yang belum pasti baik
di area pengujian maupun di pasar.
Selain itu, dengan mengandalkan paten pihak ketiga, perusahaan dapat memilih jenis produk yang telah terbukti memiliki penerimaan yang tinggi di pasar. Dengan melakukan riset sendiri, perusahaan juga menanggung risiko gagalnya produk hasil riset secara komersil atau kurang mendapat penerimaan di pasar.
Dilain pihak perusahaan farmasi asing di Indonesia
merupakan anak usaha perusahaan farmasi global yang telah memiliki portofolio
paten sendiri, yang merupakan inovator. Perusahaan farmasi asing yang masuk ke
Indonesia memanfaatkan upah tenaga kerja yang relatif murah dibandingkan di
negara asalnya seperti negara-negara di kawasan Eropa, Amerika, dan Jepang. Selain
itu mereka menganggap Indonesia merupakan pasar besar yang prospektif, yang pangsa
pasarnya layak diperebutkan.
Obat Paten berasal dari negara-negara maju yang merupakan
basis dari perusahaan farmasi asing karena budaya riset yang kuat dan ditopang
oleh kemampuan sumber daya manusia didukung oleh sistem pendidikan tinggi yang berkualitas,
telah terbentuknya infrastuktur pendukung seperti peraturan dan penegakan
perundang-undangan, insentif pemerintah, kolaborasi antara industri farmasi dan
akademis yang telah dipersiapkan dalam rentang waktu relatif panjang, serta
adanya pendukung industri farmasi yang telah terbangun dari hulu ke hilir.
Pada 2013, impor bahan baku industri farmasi yang
diperkirakan mencapai US$ 1,38 miliar menunjukkan industri farmasi nasional
Indonesia belum terintegrasi dari hulu ke hilir. Riset farmasi lebih cenderung
dilakukan di negara maju dimana bahan baku untuk pendukung aktivitas riset juga
telah tersedia, sementara negara berkembang seperti Indonesia hanya berperan
sebagai basis produksi dan basis pemasaran.
Hal ini juga tidak memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan karena sebagian keuntungan dari obat yang diproduksi akan dinikmati pemilik paten yang mayoritas berasal dari luar negeri. (erw)
| previous |