, ,

2015: Kimia Farma Targetkan Laba Bersih Rp 260 Miliar

Badan Usaha Milik Negara PT Kimia Farma (Persero) Tbk menargetkan laba bersih tahun ini sebesar Rp 260 miliar, tumbuh 10,6% dari proyeksi tahun lalu Rp 235 miliar. Menurut direksi perseroan, pertumbuhan laba bersih akan ditopang peningkatan produksi seiring dengan ekspansi serta perbaikan margin.

Kimia Farma Targetkan Laba Bersih Rp 260 Miliar
Badan Usaha Milik Negara PT Kimia Farma (Persero) Tbk menargetkan laba bersih tahun ini sebesar Rp 260 miliar, tumbuh 10,6% dari proyeksi tahun lalu Rp 235 miliar. Menurut direksi perseroan, pertumbuhan laba bersih akan ditopang peningkatan produksi seiring dengan ekspansi serta perbaikan margin.

"Laba bersih sampai akhir tahun lalu belum bisa diinformasikan karena masih dalam perhitungan. Tapi untuk tahun ini kami targetkan Rp 260 miliar," ujar Rusdi Rosman, Direktur Utama Kimia Farma kepada redaksi.


Menurut Rusdi, pertumbuhan laba bersih tahun ini akan ditopang ekspansi berupa pembangunan pabrik baru serta penambahan apotek dan klinik. Perseroan akan mempercepat pembangunan pabrik baru di Banjaran agar memenuhi target laba bersih perusahaan tahun ini. "Selain perampungan pabrik baru, ekspansi tahun ini juga membangun 100 apotek dan 100 klinik," ujar Rusdi.

Dia mengatakan, Kimia Farma tahun ini akan mengucurkan belanja modal hingga Rp 590 miliar. Sebagian besar akan dialokasikan untuk membangun pabrik baru di Banjaran, Bandung, Jawa Barat. Sumber pendanaan akan berasal dari kas internal juga pendanaan eksternal. Pendanaan eksternal bisa berasal dari pinjaman perbankan.


Sebelumnya, manajemen perseroan mengestimasi perolehan laba bersih 2014 mencapai Rp 235 miliar. Proyeksi laba bersih perseroan itu naik 10% dari 2013.

Selain ekspansi, pertumbuhan laba bersih perseroan tahun depan juga akan didorong kenaikan penjualan, terutama penjualan obat dan alat kesehatan melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Farida Astuti, Corporate Secretary Kimia Farma, mengatakan pada tahun ini perseroan menargetkan penjualan ke BPJS Kesehatan tumbuh 25% dibandingkan dengan tahun lalu. "Kami targetkan mencapai Rp 500 miliar tahun ini, naik 25% dari perkiraan tahun lalu Rp 400 miliar," tuturnya.

Menurut dia, perkiraan penjualan ke BPJS Kesehatan sebesar Rp 400 miliar berkontribusi 7,4% terhadap penjualan konsolidasi Kimia Farma. Tahun lalu perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 18% menjadi Rp 5,35 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Penjualan tahun lalu masih didominasi oleh penjualan domestik sebesar 95%, sisanya dijual di pasar ekspor melalui kerjasama gerai-gerai apotek perseroan.

Rusdi menambahkan perseroan akan menyambut baik jika pemerintah menurunkan setoran dividen dari BUMN. "Nilai dividen yang masih tersisa tentunya bisa dialokasikan untuk pengembangan perusahaan atau laba ditahan," ujar Rusdi.

Namun, lanjut Rusdi, pihaknya belum bisa bersenang terlebih dahulu karena pemerintah belum menetapkan BUMN mana saja yang diturunkan dividennya. "Saat ini kami belum tahu apakah perseroan termasuk dalam daftar BUMN yang setorannya dividennya diturunkan, dan ini juga diputuskan dalam RUPS perseroan Maret nanti," kata Rusdi.

Sementara perusahaan farmasi miliki pemerintah PT Indofarma (Persero) Tbk., menargetkan laba bersih tahun ini sebesar Rp 40 miliar dari proyeksi rugi bersih di tahun lalu. Yasser Arafat, Corporate Secretary Indofarma, menjelaskan pertumbuhan laba bersih akan ditopang kenaikan pendapatan dan perbaikan margin. “Target laba bersih masih Rp 40 miliar, tapi nanti di tiga tahun ke depan perusahaan akan menargetkan sampai Rp 70 miliar,” ujar Yasser kepada IFT.

Terkait kebijakan pemerintah yang mengurangi setoran dividen BUMN, Indofarma juga menyambut baik. Pasalnya, jika hasil keuntungan sebagian untuk disetorkan ke pemerintah dan membuat perseroan merugi, maka perseroan tidak akan menyetorkan dividennya.(*)

Top Ad 728x90