Oleh karena selama ini tidak ada penjamin yang
bertanggung jawab atas resiko penggunaan obat. GP Farmasi, secara internal
harus mengambil peran dalam memperbaiki jaringan retail farmasi guna melindungi
masyarakat dari resiko penggunaan obat.
Disamping itu karena tempat pelayanan obat tidak menjamin terjadinya siklus produksi yang baik, distribusi yang baik. Karena selama ini pelayanan obat dinilai dilakukan juga oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka ditengarai melakukan pelangaran-pelanggran dengan menerima dan menjual produk ilegal.
Ini adalah 3 hal pokok besar yang harus dilakukan berkenaan dengan memenuhi kebutuhan obat masyarakat. GP Farmasi harus mengatur dari dalam bersama asosiasi profesi farmasi (IAI). Tapi harus dilakukan dengan jelas, tidak bisa setengah-setengah. Pemerintah sangat lemah dalam menyusun dalam konsep pelayanan obat sehingga masyarakat tidak terjamin dari resiko bahaya obat.
Riset dan Pengembangan Farmasi
Penting bagi industri karena menjamin kelangsungan masa depan industri dengan penemuan obat baru. GP Farmasi sebaiknya mengusulkan pada pemerintah tentang kejelasan hubungan penelitian pemerintah dengan industri karena selama ini sewaktu industri membuat riset dan penelitian tidak ada jaminan dari pemerintah.
Sebaiknya pemerintah juga memikirkan penggunaan sumber daya alam Indonesia, karena industri obat (juga jamu dan kosmetik) selama ini hanya mengandalkan bahan baku impor. Kerjasama harus segera diwujudkan. Harus ada laboratorium bersama industri dan pemerintah. Untuk itu GP Farmasi melakukan pendekatan dengan berbagai pihak seperti LIPI, BPPT dan lainnya, untuk mengkaji gagasan untuk mengembangkan industri bahan baku berbasis sumber daya alam Indonesia.
Konkritnya, harus ada dorongan kepada pelayanan kesehatan nasional kepada satu keserasian dengan semua komponen yang terlibat, oleh karena kebutuhan obat selalu meningkat sepanjang waktu, suplai bahan baku harus terjamin.
Harus ada konsep yang bisa memberikan manfaat bisnis bagi pihak yang terlibat. Dalam hal ini pemerintah, (Departemen Kesehatan) memfasilitasi proses tersebut dari sisi pengadaan teknologi dan regulasinya. Karena nantinya produk tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan mendorong pendapatan negara, mengurangi impor, menjamin pasokan bahan baku industri, yang pada akhirnya Indonesia bisa terlepas dari ketergantungan impor SDA sekian persen pada kurun waktu yang ditetapkan. GP Farmasi harus memfasilitasi itu, tentunya harus ada tim khusus yang bekerja secara estafet.
Masalah ekspor obat-obat modern Indonesia dalam menghadapi kompetisi global, sebaiknya kita meningkatkan mutu dalam formulasi obat. Contohnya adalah generik, di negara maju tidak setiap pabrik bisa menghasilkan obat generik. Karena syaratnya generik ini harus sama dengan aslinya. Sementara kemampuan industri di Indonesia belum sampai pada tahap itu.
Namun tetap harus melalui time frame dalam kurun waktu sekian tahun Indonesia harus mempunyai kemampuan teknologi produksi obat yang sama dengan aslinya, karena dalam kurun waktu 5-10 tahun kedepan banyak obat-obat paten habis masa patent-nya.
Jadi dalam waktu yang ditetapkan harus sudah dipersiapkan kearah sana supaya di Indonesia bisa dilakukan penelitian yang menghasilkan obat generik yang setara dengan aslinya. Dalam waktu yang ditetapkan, demi mengangkat reputasi industri farmasi Indonesia yang diakui secara global.
Dalam hal ini, Presiden seharusnya mengambil posisi leading kalau kita memiliki orang-orang dari industri dan perguruan tinggi yang menjadi teamwork dan dipayungi oleh pemerintah, maka Indonesia akan memipunya ahli-ahli yang memiliki kompetensi khusus, kemudian dikomunikasikan secara global. Sehingga mendorong kerjasama teknologi formulasi.
Pemerintah harus memimpin dengan besar hati untuk mengorganisir para ahli dalam teknologi formulasi obat. Formulasi produk off-patent yang nilainya sangat besar sehingga outcome-nya generik Indonesia setara obat patent. Pemerintah harus membuat skenario yang strategis untuk menuju kearah ini.
Peningkatan Sumber Daya Manusia
Pemerintah tidak memiliki sumber tenaga farmasi yang baik. Lulusan perguruan tinggi saat ini cukup banyak. Namun karena konsep produksi tenaga kerjanya baik pada profesi tenaga menengah maupun tinggi akhirnya tidak jelas. Sehingga menghasilkan tenaga kerja yang tidak bisa mendukung ketersediaan obat dengan baik.
Sudah seharusnya pemerintah mengharmoniskan sistem pendidikannya sesuai kebutuhan industri sehingga mendorong percepatan daya saing. Antara industri dengan dunia pendidikan seolah dua dunia yang lain yang tidak berhubungan.
Industri harus mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhannya kepada pemerintah. Harus ada sistem yang mampu menjembatani tenaga kerja baru dengan industri di masa datang. Industri harus terlibat secara serius dalam pembinaannya dari awal, misalnya dengan terbuka pintu untuk pelatihan, dalam rangka meningkatkan kompetensi calon tenaga kerja, di segala aspek yang dibutuhkan.
Tenaga kerja yang sudah ada harus diadaptasi dengan kemajuan di dunia industri. Selain itu industri harus bisa menghitung berapa kebutuhan tenaga kerja setiap tahunnya sampai satu dekade.
| previous |
Disamping itu karena tempat pelayanan obat tidak menjamin terjadinya siklus produksi yang baik, distribusi yang baik. Karena selama ini pelayanan obat dinilai dilakukan juga oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka ditengarai melakukan pelangaran-pelanggran dengan menerima dan menjual produk ilegal.
Ini adalah 3 hal pokok besar yang harus dilakukan berkenaan dengan memenuhi kebutuhan obat masyarakat. GP Farmasi harus mengatur dari dalam bersama asosiasi profesi farmasi (IAI). Tapi harus dilakukan dengan jelas, tidak bisa setengah-setengah. Pemerintah sangat lemah dalam menyusun dalam konsep pelayanan obat sehingga masyarakat tidak terjamin dari resiko bahaya obat.
Riset dan Pengembangan Farmasi
Penting bagi industri karena menjamin kelangsungan masa depan industri dengan penemuan obat baru. GP Farmasi sebaiknya mengusulkan pada pemerintah tentang kejelasan hubungan penelitian pemerintah dengan industri karena selama ini sewaktu industri membuat riset dan penelitian tidak ada jaminan dari pemerintah.
Sebaiknya pemerintah juga memikirkan penggunaan sumber daya alam Indonesia, karena industri obat (juga jamu dan kosmetik) selama ini hanya mengandalkan bahan baku impor. Kerjasama harus segera diwujudkan. Harus ada laboratorium bersama industri dan pemerintah. Untuk itu GP Farmasi melakukan pendekatan dengan berbagai pihak seperti LIPI, BPPT dan lainnya, untuk mengkaji gagasan untuk mengembangkan industri bahan baku berbasis sumber daya alam Indonesia.
Konkritnya, harus ada dorongan kepada pelayanan kesehatan nasional kepada satu keserasian dengan semua komponen yang terlibat, oleh karena kebutuhan obat selalu meningkat sepanjang waktu, suplai bahan baku harus terjamin.
Harus ada konsep yang bisa memberikan manfaat bisnis bagi pihak yang terlibat. Dalam hal ini pemerintah, (Departemen Kesehatan) memfasilitasi proses tersebut dari sisi pengadaan teknologi dan regulasinya. Karena nantinya produk tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan mendorong pendapatan negara, mengurangi impor, menjamin pasokan bahan baku industri, yang pada akhirnya Indonesia bisa terlepas dari ketergantungan impor SDA sekian persen pada kurun waktu yang ditetapkan. GP Farmasi harus memfasilitasi itu, tentunya harus ada tim khusus yang bekerja secara estafet.
Masalah ekspor obat-obat modern Indonesia dalam menghadapi kompetisi global, sebaiknya kita meningkatkan mutu dalam formulasi obat. Contohnya adalah generik, di negara maju tidak setiap pabrik bisa menghasilkan obat generik. Karena syaratnya generik ini harus sama dengan aslinya. Sementara kemampuan industri di Indonesia belum sampai pada tahap itu.
Namun tetap harus melalui time frame dalam kurun waktu sekian tahun Indonesia harus mempunyai kemampuan teknologi produksi obat yang sama dengan aslinya, karena dalam kurun waktu 5-10 tahun kedepan banyak obat-obat paten habis masa patent-nya.
Jadi dalam waktu yang ditetapkan harus sudah dipersiapkan kearah sana supaya di Indonesia bisa dilakukan penelitian yang menghasilkan obat generik yang setara dengan aslinya. Dalam waktu yang ditetapkan, demi mengangkat reputasi industri farmasi Indonesia yang diakui secara global.
Dalam hal ini, Presiden seharusnya mengambil posisi leading kalau kita memiliki orang-orang dari industri dan perguruan tinggi yang menjadi teamwork dan dipayungi oleh pemerintah, maka Indonesia akan memipunya ahli-ahli yang memiliki kompetensi khusus, kemudian dikomunikasikan secara global. Sehingga mendorong kerjasama teknologi formulasi.
Pemerintah harus memimpin dengan besar hati untuk mengorganisir para ahli dalam teknologi formulasi obat. Formulasi produk off-patent yang nilainya sangat besar sehingga outcome-nya generik Indonesia setara obat patent. Pemerintah harus membuat skenario yang strategis untuk menuju kearah ini.
Peningkatan Sumber Daya Manusia
Pemerintah tidak memiliki sumber tenaga farmasi yang baik. Lulusan perguruan tinggi saat ini cukup banyak. Namun karena konsep produksi tenaga kerjanya baik pada profesi tenaga menengah maupun tinggi akhirnya tidak jelas. Sehingga menghasilkan tenaga kerja yang tidak bisa mendukung ketersediaan obat dengan baik.
Sudah seharusnya pemerintah mengharmoniskan sistem pendidikannya sesuai kebutuhan industri sehingga mendorong percepatan daya saing. Antara industri dengan dunia pendidikan seolah dua dunia yang lain yang tidak berhubungan.
Industri harus mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhannya kepada pemerintah. Harus ada sistem yang mampu menjembatani tenaga kerja baru dengan industri di masa datang. Industri harus terlibat secara serius dalam pembinaannya dari awal, misalnya dengan terbuka pintu untuk pelatihan, dalam rangka meningkatkan kompetensi calon tenaga kerja, di segala aspek yang dibutuhkan.
Tenaga kerja yang sudah ada harus diadaptasi dengan kemajuan di dunia industri. Selain itu industri harus bisa menghitung berapa kebutuhan tenaga kerja setiap tahunnya sampai satu dekade.
| previous |