Rights Issue Enseval Terserap 99% Senilai Rp 297 M

Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT), anak usaha PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), berhasil meraup dana Rp 297 miliar atau 99% dari target rights issue perseroan sebesar Rp 300 miliar yang dilakukan pada awal Maret 2011. 

Investor menyerap rights issue Enseval secara maksimal karena menilai tujuan aksi korporasi itu yakni untuk membangun 10-12 jaringan distribusi baru hingga 2012 merupakan strategi yang menjanjikan.Vidjongtius, Direktur Keuangan PT Kalbe Farma Tbk, mengatakan semua investor ikut berpartisipasi dalam rights issue Enseval sehingga hanya 1% yang tidak terserap. 

Saat ini, Kalbe Farma selaku pembeli siaga (standby buyer) menguasai saham Enseval sebanyak 83,75% dan sisanya sebesar 16,25% menjadi milik publik. "Kami (Kalbe Farma) sebagai pembeli siaga siap membeli 1% dari sisa rights issue Enseval," katanya.

Enseval melakukan penawaran umum terbatas I dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sekitar 428 juta saham biasa dengan nilai nominal Rp 50 per lembar. Jumlah saham tersebut sekitar 15,8% dari jumlah saham perseroan yang telah ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum terbatas I.

Berdasarkan prospektus perseroan, harga patokan rights issue Enseval ditetapkan Rp 700. Tiap pemegang saham yang memiliki 1.000 lembar saham perseroan berhak atas 188 hak memesan efek terlebih dahulu. Dengan itu, pemegang satu HMETD berhak membeli satu saham baru yang ditawarkan. Apabila setelah alokasi tersebut masih terdapat sisa saham yang ditawarkan, maka sisa saham akan diambil pembeli siaga yaitu Kalbe Farma.

Penawaran umum terbatas I ini efektif setelah disetujui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 2 Maret 2011. Pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya untuk membeli saham baru dalam penawaran umum terbatas ini dapat terdilusi sebesar 15,8%.

Jadwal penawaran umum terbatas yaitu RUPSLB dan pernyataan efektif dari Bapepam-LK pada 2 Maret 2011, distribusi pada 15 Maret 2011, pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 16 Maret 2011, dan tanggal pengembalian uang pemesanan pembelian saham pada 29 Maret 2011.

Enseval akan memperluas jaringan distribusi antara lain di Papua, Kalimantan Tengah, Sumatera Barat, dan Sulawesi Tenggara. Empat lokasi itu menjadi fokus ekspansi perseroan karena dinilai strategis. Nilai pembangunan satu cabang diperkirakan mencapai Rp 10 miliar-Rp 20 miliar.

Ekspansi perseroan ke luar Pulau Jawa akan menopang jaringan distribusi perusahaan yang sudah ada. Salah satu contohnya, pembangunan infrastruktur di Kalimantan Tengah bertujuan untuk memperkuat jaringan bisnis Enseval di Pulau Kalimantan secara keseluruhan. Saat ini, perusahaan sudah memiliki jaringan di Kalimantan Barat dan Timur.

Terkait pembangunan distribusi pemasaran produk farmasi, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan saat ini tengah merintis apotek khusus obat generik. Keberadaan apotek tersebut untuk mempermudah distribusi obat generik di Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah mendorong produsen farmasi swasta untuk membangun apotek obat generik.

Sri Indrawati, Direktur Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, menjelaskan pada 2011 pemerintah menargetkan jumlah apotek obat generik mencapai 100 unit. “Saat ini, jumlah apotek obat generik baru mencapai 35 unit,” ujar Dirjen.

Dia menambahkan, ke-35 unit apotek obat generik tersebut seluruhnya berada di wilayah DKI Jakarta dan dibangun oleh PT Phapros Indonesia (Persero). Namun Sri belum bisa merinci berapa nilai investasi untuk membangun apotek obat generik tersebut.

Ke depan, pemerintah menargetkan apotek obat generik bisa dibangun di kota-kota besar lainnya seperti Medan dan Makassar. Pemerintah masih menunggu produsen farmasi swasta yang bersedia untuk bekerja sama membangun apotek obat generik.(*)

Top Ad 728x90