Mereviu Momentum Pertumbuhan Industri Farmasi 2011-2012 (1)

Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara saat ini mengalami perubahan yang berarti. Dalam kacamata kesehatan, pola hidup dan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kesehatan secara umum semakin membaik. Ini merupakan dampak positif dari membaiknya situasi perekonomian negara dan daya beli masyarakat.

Selain itu dukungan program kesehatan pemerintah yang makin gencar untuk akses kesehatan masyarakat semakin mempercepat meningkatnya pola hidup sehat di masyarakat dari tahun ke tahun. Kondisi ini menjadi pendorong utama bagi pengembangan industri farmasi nasional. Masa depan industri farmasi Indonesia memiliki potensi sangat besar, mengingat total belanja kesehatan dan obat-obatan di Indonesia relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN

Menurut data Business Monitor Internasional (BMI) Proporsi Belanja Kesehatan dan PDB Indonesia pada 2010 hanya sebesar 2,1%. Total Belanja Kesehatan Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 14,1% per tahun pada tahun 2007 dari Rp 86 triliun untuk Rp 247 triliun pada tahun 2015.

Mengacu data tersebut, proporsi belanja kesehatan terhadap PDB Indonesia pada 2010 adalah 2,1%, lebih rendah dari Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura. Total belanja kesehatan Indonesia pada 2010 mencapai Rp 133 triliun dan diperkirakan akan meningkat menjadi Rp 247 triliun pada 2015 

Dalam data BMI tercatat Belanja Obat Indonesia per kapita pada 2010 sebesar US$ 11,4, jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Belanja Obat Indonesia diperkirakan tumbuh rata-rata sebesar 12,8% per tahun pada 2007 dari Rp 24 triliun - Rp 63 triliun pada 2015.

PERKEMBANGAN PASAR FARMASI INDONESIA
Pasar farmasi Indonesia pada 2007-2011 tumbuh rata-rata 13% per tahun. Pada tahun 2011, pasar farmasi dan Indonesia diperkirakan mencapai Rp 43,1 triliun atau meningkat sebesar 12% menjadi Rp 48,3 triliun tahun ini. 

Berdasarkan jenis obat, Obat Etikal masih menjadi kontributor terbesar untuk pasar farmasi Indonesia yakni sebesar 58,1% dengan nilai Rp 25 triliun pada 2011 dan pertumbuhan rata-rata sebesar 13,9% per tahun selama 2007-2011.

Sementara itu, dalam periode yang sama, Obat OTC tumbuh rata-rata 11,8% per tahun dengan nilai mencapai Rp 18 triliun, dan pangsa pasar mencapai 41,9% pada tahun 2011.


Pertumbuhan Pasar Farmasi Indonesia rata-rata sebesar 13% per tahun selama 2007-2011 dan diperkirakan sebesar Rp 48,3 triliun pada 2012. Didominasi oleh Obat Resep yang menguasai 58,1% dari total pangsa pasar obat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 13,9% per tahun, sedikit lebih tinggi dari Obat Bebas yang tumbuh sebesar 11,8% per tahun. 

Pertumbuhan Pasar Obat Etikal terutama didorong oleh meningkatnya daya beli masyarakat.

-----------------------------------------------
Simak juga:
1) 2015: Pasar Farmasi Akan Tumbuh 11,8% Jadi US$ 4,6 Miliar
2) Sejumlah Tantangan Hadang Industri Farmasi Indonesia 2015 
3) Realisasi Pertumbuhan Industri Farmasi Indonesia 2014
4) Industri Farmasi Sulit Terapkan Aturan Jaminan Produk Halal
-----------------------------------------------

Pasar Obat Etikal di Indonesia mencakup tiga kelompok jenis obat yakni obat paten (originator), obat generik bermerek dan generik berlogo (OGB) yang umumnya lebih dikenal dengan istilah Generik. 

Saat ini segmen Obat Generik Bermerek menguasai 67% dari pangsa pasar farmasi nasional, obat paten produksi industri multinasional (originator) sebesar 25%, dan selebihnya sebesar 8% adalah obat generik berlogo.

Pasar Obat Generik domestik masih relatif rendah, diperkirakan sekitar 10% dari total pasar farmasi nasional. Dukungan pemerintah melalui Permenkes Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah diharapkan dapat mendorong pertumbuhan Generik di masa mendatang.

Produksi Generik dikendalikan oleh BUMN Farmasi seperti Indofarma dan Kimia Farma. Pangsa pasar dari dua BUMN Farmasi ini di pasar Obat Generik adalah sekitar 21%. Selain itu, rencana regrouping Kimia Farma dan Indofarma ditargetkan selesai pada akhir 2012 yang diharapkan dapat meningkatkan pangsa pasar obat generik dari dua perusahaan hingga mencapai 30%. Rencana regrouping dari BUMN Farmasi dapat memperkuat posisi kedua perseroan sebagai pemain utama dalam pasar Obat Generik di Indonesia.

Dengan dukungan pemerintah yang memprioritaskan produksi untuk Obat Generik buatan BUMN Farmasi, re-grouping BUMN Farmasi itu diperkirakan mampu membangun strategi pemasaran secara spesifik pada obat generik, yang menjadi preferensi utama masyarakat di Indonesia. Pada 2012, Kimia Farma menargetkan nilai penjualan sebesar Rp 3,9 triliun. 

Dari nilai penjualan obat generik Kimia Farma diperkirakan memberikan kontribusi sebesar 50%, sedangkan dalam volume penjualan obat generik, Kimia Farma berkontribusi sebesar 70%. Sementara Indofarma memproyeksikan penjualan sebesar Rp 1,5 triliun pada tahun 2012, dengan volume obat generik diperkirakan berkontribusi sebesar 86%.

| next page : Gambaran Jalur Distribusi Farmasi di Indonesia |

Top Ad 728x90